Mohon tunggu...
Ninoy N Karundeng
Ninoy N Karundeng Mohon Tunggu... Operator - Seorang penulis yang menulis untuk kehidupan manusia yang lebih baik.

Wakil Presiden Penyair Indonesia. Filsuf penemu konsep "I am the mother of words - Saya Induk Kata-kata". Membantu memahami kehidupan dengan sederhana untuk kebahagian manusia ...

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ahok, Eforia Radikalisme dan Strategi Presiden Jokowi Hadapi Koruptor, Teroris, dan Bandar Narkoba

29 Desember 2016   08:43 Diperbarui: 29 Desember 2016   15:38 4202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kedua, tentang radikalisme dan terorisme, upaya pemetaan dan identifikasi pasca gelombang euphoria tetap berlangsung dan kewaspadaan tingkat tinggi pun dilakukan. Selain itu upaya preventif melawan radikalisme pun digalang oleh pemerintah dan aparat keamanan baik TNI maupun Polri dengan merapatkan sinergi dengan para kiai dan ulama NU – yang menjadi tulang punggung dan pemegang saham terbesar NKRI. Strategi Presiden Jokowi tetap menempatkan NU dan para kiai NU sebagai garda terdepan melawan terorisme yang terbukti efektif menggembosi gerakan radikal di Indonesia.

Upaya destabilisasi dan makar pun ditindak dengan tegas dan akan dihukum sesuai dengan hukum yang berlaku. Pemerintahan Presiden Jokowi akan bertindak tegas menegakkan konstitusi NKRI dan melawan semua bentuk radikalisme dan tindakan makar.

Tentang hal makar ini pun Prabowo dan para politikus lawan pemerintahan Presiden Jokowi melakukan langkah wait-and-see yang menjadi penanda betapa seriusnya percobaan makar itu. Semua tiarap dan senyap karena bukti-bukti di kepolisian dan juga bungkamnya misalnya Sri Bintang dan tolakan tuduhan Rachmawati menunjukkan bukti kuat rancangan makar tersebut.

Ketiga, tentang terorisme yang memanfaatkan euphoria kesan kemenangan kelompok garis keras – yang sejatinya justru berhasil dipetakan dengan sempurna tentang siapa dan pentolan menjadi lebih benderang.

Presiden Jokowi memerintahkan aparat keamanan TNI-Polri bertindak tegas dan memberangus serta memargetkan Bahrun Naim menjadi salah satu target penting – selain sel-sel teroris di bergagai daerah yang bergerak bersamaan dengan euphoria kemenangan sesaat palsu gerakan radikalisme di Indonesia. Perapatan barisan dan pencegahan – dengan pemetaan yang lebih benderang – berhasil dan akan terus dilakukan untuk menangkapi dan membunuhi para teroris seperti menangkap ikan dalam keramba.

Keempat, memutus mata rantai kolaborasi antara koruptor, teroris, dan bandar narkoba. Untuk destabilisasi – yang menguntungkan koruptor, teroris, dan bandar narkoba – maka mereka berusaha bergerak bersinergi baik secara legal maupun illegal.  Koruptor semacam Muhammad Sanusi secara legal hendak menjadi calon gubernur DKI Jakarta – dengan uang hasil korupsi. Freddy Budiman sebagai bandar narkoba sebagai teroris membiayai teroris Thamrin bersama Bahrun Naim. Kolaborasi ketig unsur penjahat dan trondolo politikus semacam ini – di tengah euphoria kekerasan dan anti pluralisme dan keberagamaman NKRI – diwaspadai.

Untuk itu berbagai (1) politikus di DPR terindikasi korupsi diendus, (2) hukuman mati pengedar narkoba sebagai deterrent atau pencegah merebaknya terorisme, korupsi, dan peredaran narkoba akan dijalankan kembali.

Berbagai langkah tersebut sebagai upaya nyata menindak dan mencegah tindakan para perusuh negara sebelum mereka bertindak.

Jadi, dengan keempat langkah tersebut, maka euphoria kemenangan radikalisme di Indonesia hanya akan menjadi alat bagi pemetaan, dan bagai pisau bermata dua, akan semakin menguatkan dan sekaligus mencabik para pemercaya paham radikal pemaksa kehendak yang bertentangan dengan hukum di Indonesia baik politikus begundal, teroris, koruptor, maupun bandar narkoba.

Tentang tokoh dan para tokoh sentral gerakan radikalisme dan terorisme akan muncul saat tepat seperti kasus penindakan seperti pada masa lalu yang sangat tegas dan final. Tidak ada toleransi memecah belah bangsa Indonesia apalagi mengganti konstitusi UUD ’45 – meski saat ini euphoria tengah melanda. Strategi merangkul NU sebagai garda pemelihara dan stake-holders terbesar NKRI sangat tepat dan tak terkalahkan. Dan … rakyat mendukung.

Demikian the Operators dan Ki Sabdopanditorato.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun