Nah, faktor teknis lawan pun harus menjadi perhitungan. Thailand menembus ke laga Final Piala AFF 2016 dengan rekor fantastis: memenangi seluruh laga dan menghempaskan Indonesia dengan skor telak 4-2.
Artinya, secara teknis Thailand untuk saat ini sangat bagus. Indonesia di bawah Thailand karena senang parkir bus ketika unggul gol. Faktor mental pun Timnas Thailand hebat dan bersemangat untuk diabdikan kepada Raja Bhumibol Adulyadej dan Raja Rama V yang baru diangkat: semangat tinggi. Mental kuat. Berani menyerang.
Kedua, faktor kutukan sebagai finalis. Empat kali masuk final dan gagal terus adalah gambaran dari kutukan. Kutukan selalu memiliki sebab alamiah.
Contoh, Belanda adalah salah satu tim terbaik Eropa yang hanya sekali Juara Piala Eropa 1988, dan dengan talenta luar biasa selalu kalah di Piala Dunia. Sejak zaman Johan Cruyff sampai Ruud Gullit, Ronald Kumman, dan Van Basten dan seabrek talenta sepakbola dunia, namun selalu gagal berprestasi puncak. Spanyol pun mengalami nasib yang sama seperti halnya Perancis sebelum mereka mampu keluar dari kutukan dan menjadi Juara Dunia.
Maka Timnas Indonesia harus mampu keluar dari kutukan jika ingin menjadi kampiun Piala AFF 2016. Soal kutukan, Timnas Thailand sama sekali tidak mengalami karena telah menjuarai Piala AFF sebanyak 4 kali.
Ketiga, faktor non-teknis yakni mafia, PSSI dan gambaran sosial rakyat Indonesia. Malaysia dan Singapura porak-poranda prestasinya di Piala AFF 2016. Penyebabnya adalah dugaan korupsi Najib Razak bernilai miliaran Ringgit. Sementara Singapura keok karena tidak adanya semangat dan tengah mengalami kegalauan regional dalam politik dan ekonomi kredit dan kertas – Singapura akan mengalami masalah ekonomi sejalan dengan kondisi ekonomi Amerika.
Dalam hal faktor non-teknis ini, keterlibatan mafia bola di Indonesia dan Thailand, yang dikuasai oleh mafia Rusia dan mafia lokal tampak sama. Hanya penyetor janji besar yang akan memenangkan taruhan dan judi.
Pun pengurus PSSI yang masih limbung dengan berbagai kepentingan pun akan berpengaruh di lapangan. Kondisi politik dan ekonomi Indonesia yang menggambarkan psikologi sosial masyarakat Indonesia pun akan berpengaruh. Melecut semangat.
Dari sisi Thailand, kondisi dan masa berkabung duka atas meninggalnya Raja Bhumibol Adulyadej pun akan melecut semangat sekaligus memersembahkan tropi untuk Raja Rama V, raja baru Thailand. Maka secara non-teknis, Thailand unggul telak di atas Indonesia.
Nah, dari paparan di atas, pertandingan antara Indonesia melawan Thailand akan berlangsung dalam bentuk dramatis: loyo atau penuh semangat. Akan tampak pertandingan yang menggambarkan bermainnya tiga unsur (1) faktor teknis dan mental, (2) faktor non-teknis, dan (3) faktor kutukan bagi Indonesia. Ditambah dengan catatan melawan Thailand yang kebanyakan keok, dan kekuatan teknis dan non-teknis Thailand yang lebih baik, dengan kondisi seperti itu, tanpa mengurangi rasa nasionalisme yang jelas menggelegak dalam NKRI, maka dapat dipastikan Timnas Indonesia akan kalah melawan Thailand, dan hanya menyisakan sedikit harapan sebaliknya. (Dengan penuh kemaluan berharap Indonesia menang, hanya karena rasa nasionalisme bukan karena rasionalitas, hahahahaha.)
Demikian catatan dan ramalan Ki Sabdopanditoratu yang selalu benar.