Mohon tunggu...
Ninoy N Karundeng
Ninoy N Karundeng Mohon Tunggu... Operator - Seorang penulis yang menulis untuk kehidupan manusia yang lebih baik.

Wakil Presiden Penyair Indonesia. Filsuf penemu konsep "I am the mother of words - Saya Induk Kata-kata". Membantu memahami kehidupan dengan sederhana untuk kebahagian manusia ...

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Bom Istanbul: Politik Segregasi Erdogan Bawa Turki ke Instabilitas

8 Juni 2016   06:47 Diperbarui: 8 Juni 2016   12:32 2136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Erdogan I Sumber Transakhim.wordpress.blogspot.com

Politik sektarian, rasisme, dan segregasi Tayyip Erdogan telah membawa Turki ke jurang instabilitas. Ketidakstabilan yang sebelumnya tak pernah terjadi selama puluhan tahun. Munculnya instabilitas di Turki disebabkan oleh tingkah-polah Bang Tayyip yang di luar kebiasaan karena ambisi pribadi Bang Tayyip. Bahkan Bang Tayyip pun melakukan pembungkaman terhadap media massa di Turki.

Mari kita telaah sikap politik dan dagelan kelakuan Bang Tayyip Erdogan dengan hati jauh dari gembira ria senang sentosa bahagia suka-cita menari menyanyi pesta-pora jingkrak-jingkrak jungkir balik koprol menertawai Bang Tayyip yang membawa Turki dari negara normal dan aman ke negara dengan ancaman instabilitas yang merusak keamanan dan kestabilan Turki selamanya senantiasa.

Di tengah keterbukaan media, Turki menjadi salah satu negara yang paling alergi terhadap kritik. Erdogan pun mengancam akan menutup Youtube dan Facebook serta Twitter di Turki. Media massa dibungkam, dengan memenjarakan aktivis media sosial dan para wartawan. Selain itu Tayyip pun melakukan akuisisi terhadap media yang berlawanan dengan membeli saham dan mengubah kebijakan redaksional dan arah. Ratusan para pengeritik Erdogan pun menghadapi tuntutan di pengadilan.  

Bang Tayyip – atau dikenal sebagai Toyip di Indonesia – berambisi sekali mengusung dan terbelenggu oleh ideologi Ikhwanul Muslimin yang segregatif yang berfokus pada satu etnis satu: Turki. Bang Tayyip membawa partainya AKP menjadi corong bagi segregasi Turki yang semakin menjauh dari cita-cita penyatuan dan integrasi ke Eropa berdasarkan kemanusiaan.

Sikap sektarian keras dengan menginginkan kesatuan Turki dengan menyingkirkan berbagai bangsa lain seperti Armenia, Kurdi, Arab, Aramish, Yahudi, dan Bulgaria, dan etnik lainnya telah membawa perpecahan di Turki. Suku Kurdi sendiri yang paling merupakan 18% dari seluruh penduduk Turki berusaha disingkirkan oleh Turki. Sejarah lain terkait dengan kekejaman Turki masa lalu ketika Turki Usmani membantai 1.5 juta etnik Armenia pada Perang Dunia I – 1916-1918.

Kini, Turki tengah berusaha melakukan pembasmian etnis Kurdi. Upaya Turki ini membuat tak hanya ketidakstabilan di Turki, namun menimbulkan perubahan peta keamanan di Timur Tengah. Suku Kurdi yang tersebar di Turki, Bulgaria, Iraq, Iran, Yordania, Lebanon, dan Suriah meradang akibat sikap Turki yang melakukan upaya pemberishan etnis seperti tahun 1916-1917. Keberhasilan mengusir dan membunuh 1.5 juta bangsa Armenia sedang dilakukan oleh Bang Tayyip.

Turki memerangi bangsa Kurdi di tiga front sekaligus (1) Turki tenggara, (2) Irak, dan(3) Suriah. Upaya memerangi bangsa Kurdi di Tenggara telah berlangsung selama lebih dari 30 tahun dan telah membunuh 40,000 orang – dan menghalangi hak bangsa Kurdi dengan kemiskinan di Tenggara Turki.

Di Utara Irak pun Turki mengirimkan tentaranya – dengan mendompleng dan NATO – dan memerangi Kurdi yang sedang melawan Daesh atau ISIS. Pun di Suriah YPA sebagai pelawan nomor 1 dan dibantu oleh Amerika Serikat diperangi oleh Turki – yang menuduh pejuang YPA Suriah akan mendirikan negara Kurdi Raya di Suriah, Irak dan Turki sekaligus – padahal YPA adalah pejuang utama yang efektif menghambat ISIS.

Sikap Turki memang mendua, sebagai pendukung ISIS dengan membiarkan perbatasan Turki-Suriah sebagai pintu masuk teroris ISIS menyeberang dan merusak Suriahkarena kebencian kepada Presiden Assad yang pluralis dan sekuler. Turki pun membeli minyak selama 4 tahun minyak dari para teroris – sebelum resmi ISIS muncul pada 2014, dengan menyapu Fallujah, Mosul, Ramadi di Iraq, dan deklarasi Raqqa sebagai Ibukota teroris ISIS.

Dukungan Turki terhadap ISIS mengendor hanya setelah Rusia membantu Assad. Pun kedok Bang Tayyip terkuak lebar sebagai pihak yang membeli minyak dari para teroris dibuka oleh Rusia yang menghancurkan hubungan Turki-Rusia setelah Turki menembak jatuh pesawat Rusia. Posisi Turki sebagai anggota NATO membuat hubungan NATO-Rusia panas dingin.

Sikap Turki dengan kebijakan Bang Tayyip yang amburadul membuat hubungan Turki dengan Eropa membeku. Turki dinilai memanfaatkan kebijakan dan kepanikan Eropa sebagai alat pemerasan untuk mendapatkan dukungan keuangan untuk menangani hampir 3 juta pengungsi Suriah – imbas dan buah dukungan Turki kepada ISIS dan nafsu menyingkirkan Assad yang dinilai tidak sunni oleh Bang Tayyip.

Akibat hubungan buruk dengan Rusia, pariwisata Turki mengalami surut. Jutaan wisatawan Rusia yang diandalkan Turki berhenti mengunjungi Turki dan menimbulkan kerugian 30% incomepariwisata. Kondisi ini semakin buruk karena keamanan yang memburuk di Turki akibat serangkaian bom di Turki yang telah menewaskan ratusan orang sejak 18 bulan belakangan – terutama sejak Turki berhenti membeli minyak ISIS dan Turki memerangi YPA, kondisi paradoks kebijakan Turki yang aneh.

Kini, Turki yang sebelumnya menjadi contoh kehidupan politik Islam dan sekularisme, telah dibawa oleh Bang Tayyip menjadi (1) Turki yang rasis dengan upaya pembersihan etnis Kurdi, seperti yang dilakukan Turki atas bangsa Armenia di Turki, (2) Turki yang segregatif dengan membungkam ideologi dan pandangan politik dengan media sebagai target dan musuh Erdogan, (3) Turki yang sunni sentris dengan menyampingkan Syiah, (4) Turki yang galau karena bingung menempatkan diri di pergaulan antara nilai-nilai Eropa atau nilai-nilai segregatif-religius ajaran Ikhwanul Muslimin karena kebijakan Erdogan yang maburadul, dan (5) kebingungan melawan dan merusak bangsa Kurdi di tiga front sekaligus yakni di Irak, Suriah, dan Turki Tenggara.

Akibatnya, sebagai pendukung utama ISIS, Turki mengalami serangan yang justru dilakukan oleh ISIS karena Turki dianggap mengurangi dukungan kepada ISIS, dan Kurdi yang diperangi. Pun media yang dibungkam dan sikap memusuhi Rusia dan Eropa, telah membuat stabilitas yang dulu dinikmati Turki menjadi malapetaka dengan merusak kestabilan Turki dan telah membawa Turki seperti Mesir, Tunisia, dan Afrika Utara. Semuanya disebabkan oleh sikap Bang Tayyip Erdogan yang segregatif, rasis, dan eksklusif yang menghancurkan Turki.

Salam bahagia ala saya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun