Akibat hubungan buruk dengan Rusia, pariwisata Turki mengalami surut. Jutaan wisatawan Rusia yang diandalkan Turki berhenti mengunjungi Turki dan menimbulkan kerugian 30% incomepariwisata. Kondisi ini semakin buruk karena keamanan yang memburuk di Turki akibat serangkaian bom di Turki yang telah menewaskan ratusan orang sejak 18 bulan belakangan – terutama sejak Turki berhenti membeli minyak ISIS dan Turki memerangi YPA, kondisi paradoks kebijakan Turki yang aneh.
Kini, Turki yang sebelumnya menjadi contoh kehidupan politik Islam dan sekularisme, telah dibawa oleh Bang Tayyip menjadi (1) Turki yang rasis dengan upaya pembersihan etnis Kurdi, seperti yang dilakukan Turki atas bangsa Armenia di Turki, (2) Turki yang segregatif dengan membungkam ideologi dan pandangan politik dengan media sebagai target dan musuh Erdogan, (3) Turki yang sunni sentris dengan menyampingkan Syiah, (4) Turki yang galau karena bingung menempatkan diri di pergaulan antara nilai-nilai Eropa atau nilai-nilai segregatif-religius ajaran Ikhwanul Muslimin karena kebijakan Erdogan yang maburadul, dan (5) kebingungan melawan dan merusak bangsa Kurdi di tiga front sekaligus yakni di Irak, Suriah, dan Turki Tenggara.
Akibatnya, sebagai pendukung utama ISIS, Turki mengalami serangan yang justru dilakukan oleh ISIS karena Turki dianggap mengurangi dukungan kepada ISIS, dan Kurdi yang diperangi. Pun media yang dibungkam dan sikap memusuhi Rusia dan Eropa, telah membuat stabilitas yang dulu dinikmati Turki menjadi malapetaka dengan merusak kestabilan Turki dan telah membawa Turki seperti Mesir, Tunisia, dan Afrika Utara. Semuanya disebabkan oleh sikap Bang Tayyip Erdogan yang segregatif, rasis, dan eksklusif yang menghancurkan Turki.
Salam bahagia ala saya.