Ketujuh, sumber berita belum muncul di mana-mana dan tidak bisa diakses oleh siapa pun di media online dan mainstream kayak tulisan dan artikel saya. Akibatnya, tidak up-to-date dan biasa saja meski unsur novelty atau kebaruan bahkan freshness-nya luar biasa terpenuhi. Mendahului berita di koran dan media online. Menjadi rujukan dan diincar kalangan terbatas sebagai referensi.
Kesepuluh, menulis artikel terus sementara artikel Anda ada di posisi, misalnya di Kompasiana sedang Teratas, Headline, Terpilih, Terpopuler hingga suatu artikel digusur oleh tulisan Anda selanjutnya. Akibatnya pembaca berkurang – namun mengerami suatu tulisan yang sedang hit adalah bukti sebagai penulis narsis yang mengerami satu tulisan sebagai sesembahan narsisme manusia yang memang manusiawi.
Kesembilan, terlalu memaksakan ciri khas dalam menulis dan tidak mengikuti kaidah umum atau orang lain. Akibatnya, tidak ada bayangan sama sekali orang lain dalam artikel Anda, hingga keumuman yang menarik pembaca sirna.
Kedua belas, menulis tanpa memiliki garis dan arah. Jadi tak memiliki guidance dan arah yang jelas yang bisa diikuti oleh pembaca.
Ketiga belas, menulis dengan tujuan buruk dan menjauhi kemanusian. Akibatnya penulis bosan sendiri karena kecenderungan manusia itu menjadi baik dan bukan menjadi buruk. Berlawanan antara hati dan jiwa dan tulisan.
Jadi kalau mau menulis artikel Anda harus memiliki ciri khas dan kemasan menarik serta memahami yang ditulis serta memahami pembaca dan tidak memaksakan diri, atau tulisan dan artikel Anda dirusak oleh Anda sendiri sehingga sedikit pembaca.
Salam bahagia ala saya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H