[caption caption="Mafia Petral dan Migas Riza Chalid I Sumber siapa-siapa.wordpress.com"][/caption]
Makin terjepit Setya Novanto. Rangkaian upaya pembelaan diri menjadi blunder. Mahkamah Kehomatan Dewan (MKD) yang digadang untuk penyelamatan gagal total. MKD yang masuk angin menjadi sarang pelemahan bukan hanya Setya Novanto, namun bahkan DPR sendiri. Reputasi DPR sebagai lembaga paling korup semakin hancur berkeping. Lobi yang dilakukan oleh Golkar dan koalisi Prabowo semakin kencang.
Mari kita tengok langkah espionage and counter-espionage dari kedua belah pihak baik Setya Novanto dan mafia migas Reza atau Riza Chalid dengan the Operators of the Silent Operation yang mewakili kepentingan Presiden Jokowi dengan hati gembira ria riang sentosa bahagia tertawa terbahak suka-cita pesta-pora berdansa menari menyanyi happy happy naik pesawat jet pribadi ke Maldives seperti yang dilakukan oleh Ical-Aziz dengan Zalianty sisters selamanya senantiasa tanpa jeda.
Reza Chalid atau Riza Chalid disuruh kabur. Salah satu langah strategis kubu Setya Novanto adalah untuk membuat kasus Papa Minta Saham menjadi kabur. Alasannya, kurangnya saksi. Ya. Riza Chalid disuruh kabur ke Singapura. Tak mau kecolongan, segala hal terkait upaya menjepit Setya Novanto dan Reza Chalid dengan tujuan akhir menghancurkan sepak terjang mafia Petral Muhammad Riza Chalid atau Muhammad Reza Chalid pun dipantau oleh the operators of silent operation.
Suruhan kaburnya Muhammad Reza Chalid atau Riza Chalid ini sebagai upaya untuk mengulur waktu MKD agar masyarakat tenang dan lupa. Namun, strategi ini mendapatkan perlawanan the Operators untuk bergerak. Uluran waktu oleh MKD dan bagi jepitan hukum di Kejaksaan Agung. Langkah gamblang Setya Novanto ini sudah dibaca oleh the Operators.
Makanya sejak awal rekaman Papa Minta Saham diserahkan ke Kejaksaan Agung sebelum Maroef Sjamsoeddin ke MKD. Maroef memahami bahwa rekaman asli harus diserahkan ke lembaga hukum sebelum ada langkah mafia yang akan mengacak-acak rekaman asli.
Politisi Gerindra Dafco Ahmad dengan jelas membuat tuduhan bahwa adanya kemungkinan suara orang keempat di rekaman – yang the Operators hanya menyatakan itu adalah langkah merusak rekaman yang sudah diantisipasi baik oleh Maroef Sjamsoeddin maupun oleh the Operators. Hal yang dibantah oleh Maroef Sjamsoeddin bahwa pertemuan hanya antara Setya Novanto, Reza Chalid atau Reza Chalid, dan Maroef Sjamsoeddin.
Gerakan cepat Kejaksaan Agung membuktikan secara fisik tempat pertemuan di Pacific Place. Petugas yang melayani penggunaan ruangan, karyawan manager yang memfasilitasi bakal dijadikan saksi. Pun rekaman CCTV yang kabarnya dihapus pun oleh ahli IT atas perintah the Operators akan ditarik ulang dan dihidupkan lagi. Selain itu, sopir Maroef Sjamsoeddin, Reza Chalid, Riza Chalid dan juga orang terkait dengan pertemuan pertama, kedua dan ketiga pun akan dimintai keterangan oleh Kejaksaan Agung.
Tak berhenti sampai di situ, the Operators pun melakukan jepitan dengan mengembangkan kasus lain yang the Operators belum bisa menyampaikan ke pulic selain kelengkapan informasi belum valid. Jika sudah valid akan diberi clue dan memberitakannya dengan silent dan cool.
Langkah lobby kubu Setya Novanto ke para anggota MKD dan lesunya anggota MKD dari PDIP pun telah disampaikan terkait adanya ancaman dari mafia yang akan mengungkit kasus-kasus lama yang terjadi sebelum 10 tahun lalu masa pemerintahan Megawati. Kegundahan Presiden ke-5 Megawati diberi political and legal protection through political guarantees. Maka Ibu Megawati memerintahkan masuk angin anggota PDIP dicabut. Rapat dilakukan di rumah Ibu Mega dan hasilnya Ibu Mega menjaga jarak. Namun, the Operators meyakinkan Ibu Megawati bahwa PDIP akan mengalami pembusukan jika terkena dampak mendukung Golkar dan Setya Novanto.
Publik pun sudah semakin tahu dan cerdas bahwa langkah merangsek Papa Minta Saham adalah langkah upaya pemberantasan korupsi. Maka apapun yang diputuskan oleh MKD tidak menjadi penting dan sudah dapat diduga: akan membela Setya Novanto dengan segala cara apapun.
Pun pembusukan di MKD sudah dapat diduga oleh the Operators dan publik pun paham bahwa PDIP adalah partai paling banyak koruptornya selain Golkar dan Demokrat serta PAN dan PKS juga Hanura dan NasDem, juga PKB dan Gerindra dan tentu PPP. Oleh karena itu the Operators melakukan gerakan secara parallel baik upaya intelejen dan espionage, jebakan, upaya lurus, upaya zig-zag yang mengecoh para mafia dan Setya Novanto.
Sementara kekuatan counter-espionage Setya Novanto dan mafia migas dan Petral Riza yang memetakan arah kekuatan the Operators hanya sampai pada kesimpulan agar (1) MKD dilobby, dan (2) Reza Chalid atau Riza Chalid dengan nama depan Muhammad kabur ke luar negeri. Tujuannya adalah untuk menghambat kasus Papa Minta Saham dan pengusutan mafia migas dan Petral yang jelas akan menyeret Hatta Rajasa yang dulu sebagai Menko Ekuin masa keemasan mafia migas dan Petral. Dengan demikian maka diharapkan kasus Papa Minta Saham dilupakan.
The Operators yang sudah 100% bertekad untuk memenangkan perang melawan mafia migas dan Petral Muhammad Reza atau Riza Chalid serta menyingkirkan Setya Novanto pun memberikan pesan jelas. Prabowo pun menarik dukungan kepada Setya Novanto dan hanya berbicara normatif: menyerahkan kepada MKD. Tak ada lagi upaya pasang badan buat Setya Novanto. Hanya Fadli Zon dan Fahri Hamzah yang mati-matian membela Setya Novanto karena pamrih ketakutan kocok ulang pimpinan DPR ketika Setya Novanto tersingkir.
Untuk itu, the Operators pun melakukan koordinasi antar lembaga baik di BIN, Kejaksaan Agung, Polri dan kekuatan lobby lain yang arahnya adalah untuk membawa mereka bertobat dan diampuni namun harus membantu the Operators memenangi perang hukum dengan Setya Novanto terkait Papa Minta Saham dan kasus Petral yang begitu merugikan negara sebesar US $ 18 milyar setara dengan RP 2,500 triliun.
Jadi, the operators melakukan tiga langkah tepat yakni (1) membiarkan MDK bermanuver sekaligus sebagai jebakan untuk Setya Novanto, keterangan Reza Chalid yang kabur lewat Singapura dan akan dijadikan alasan oleh MKD semakin membuat buying time MKD kehilangan kesabaran rakyat.
Lalu (2) lobby-lobby dan espionage dan counter espionage politik dan hukum dibiarkan bermanuver, namun the Operators fokus kepada tujuan pengumpulan bukti upaya dan percobaan (a) pemufakatan jahat, (b) korupsi dan kalau perlu percobaan (c) makar yang mengancam lembaga negara akan jatuh sesuai rekaman jika kontrak Freeport tidak diperpanjang Presiden Jokowi akan jatuh oleh Setya Novanto dan Reza atau Riza Chalid.
Selanjutnya, (3) the Operators pun meyakinkan banyak pihak termasuk Demokrat dan Prabowo bahwa operasi sikat mafia ini akan dilakukan sesuai dengan prosedur hukum dan tidak akan dilakukan dengan senyap. Dengan ketiga cara tersebut dapat dipastikan bahwa Setya Novanto akan mundur atau dimundurkan dari DPR bukan oleh keputusan MKD yang masuk angin, tetapi oleh tindakan politik dan hukum Setya Novanto sendiri yang melakukan perlawanan namun telah diantisipasi oleh the Operators.
Setya Novanto dan Reza Chalid atau Riza Chalid hanya mengandalkan mimpi usang manusia gagal move on bahwa Presiden Jokowi akan mudah dijatuhkan oleh DPR lewat pemakzulan. Merasa kuat dan banyak uang dan menguasai seluruh kekuasaan dan kekuatan, Setya Novanto dan Reza Chalid tak menyadari bahwa posisi Presiden Jokowi makin hari makin kuat karena konsolidasi politik yang brilian. Bahwa Setya Novanto tertutup oleh sikap megalomania dan lupa bahwa Presiden Jokowi telah telanjur menjadi Presiden Republik Indonesia dan memiliki kekuatan.
Presiden Jokowi pun didukung oleh Konstitusi, TNI, Polri, BIN dan rakyat Indonesia yang minimal memilih Presiden Jokowi dan sebagian pendukung Prabowo yang mulai sadar kekuatan mafialah yang menghancurkan dan membuat Prabowo kalah. Kita hanya menunggu Setya Novanto mundur atau dimundurkan dengan bonus DPR dikocok ulang dan publik tidak melihat lagi trio-kwek-kwek pimpinan Setya Novanto sebagai orang terkuat di Indonesia yang didukung oleh wakilnya yang menerapkan demokrasi dan bicara ugal-ugalan Fadli Zon dan Fahri Hamzah. Plus tentu melihat Reza Chalid atau Riza Chalid menjadi buron dan bertemuan dengan Djoko S Tjandra di Singapura.
Salam bahagia ala saya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H