Mohon tunggu...
Ninoy N Karundeng
Ninoy N Karundeng Mohon Tunggu... Operator - Seorang penulis yang menulis untuk kehidupan manusia yang lebih baik.

Wakil Presiden Penyair Indonesia. Filsuf penemu konsep "I am the mother of words - Saya Induk Kata-kata". Membantu memahami kehidupan dengan sederhana untuk kebahagian manusia ...

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kasus Setya Novanto: Riza Chalid Disuruh Kabur, Setya Novanto Lobi, dan 3 Langkah “The Operators”

9 Desember 2015   15:00 Diperbarui: 9 Desember 2015   15:00 11382
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pun pembusukan di MKD sudah dapat diduga oleh the Operators dan publik pun paham bahwa PDIP adalah partai paling banyak koruptornya selain Golkar dan Demokrat serta PAN dan PKS juga Hanura dan NasDem, juga PKB dan Gerindra dan tentu PPP. Oleh karena itu the Operators melakukan gerakan secara parallel baik upaya intelejen dan espionage, jebakan, upaya lurus, upaya zig-zag yang mengecoh para mafia dan Setya Novanto.

Sementara kekuatan counter-espionage Setya Novanto dan mafia migas dan Petral Riza yang memetakan arah kekuatan the Operators hanya sampai pada kesimpulan agar (1) MKD dilobby, dan (2) Reza Chalid atau Riza Chalid dengan nama depan Muhammad kabur ke luar negeri. Tujuannya adalah untuk menghambat kasus Papa Minta Saham dan pengusutan mafia migas dan Petral yang jelas akan menyeret Hatta Rajasa yang dulu sebagai Menko Ekuin masa keemasan mafia migas dan Petral. Dengan demikian maka diharapkan kasus Papa Minta Saham dilupakan.

The Operators yang sudah 100% bertekad untuk memenangkan perang melawan mafia migas dan Petral Muhammad Reza atau Riza Chalid serta menyingkirkan Setya Novanto pun memberikan pesan jelas. Prabowo pun menarik dukungan kepada Setya Novanto dan hanya berbicara normatif: menyerahkan kepada MKD. Tak ada lagi upaya pasang badan buat Setya Novanto. Hanya Fadli Zon dan Fahri Hamzah yang mati-matian membela Setya Novanto karena pamrih ketakutan kocok ulang pimpinan DPR ketika Setya Novanto tersingkir.

Untuk itu, the Operators pun melakukan koordinasi antar lembaga baik di BIN, Kejaksaan Agung, Polri dan kekuatan lobby lain yang arahnya adalah untuk membawa mereka bertobat dan diampuni namun harus membantu the Operators memenangi perang hukum dengan Setya Novanto terkait Papa Minta Saham dan kasus Petral yang begitu merugikan negara sebesar US $ 18 milyar setara dengan RP 2,500 triliun.

Jadi, the operators melakukan tiga langkah tepat yakni (1) membiarkan MDK bermanuver sekaligus sebagai jebakan untuk Setya Novanto, keterangan Reza Chalid yang kabur lewat Singapura dan akan dijadikan alasan oleh MKD semakin membuat buying time MKD kehilangan kesabaran rakyat.

Lalu (2) lobby-lobby dan espionage dan counter espionage politik dan hukum dibiarkan bermanuver, namun the Operators fokus kepada tujuan pengumpulan bukti upaya dan percobaan (a) pemufakatan jahat, (b) korupsi dan kalau perlu percobaan (c) makar yang mengancam lembaga negara akan jatuh sesuai rekaman jika kontrak Freeport tidak diperpanjang Presiden Jokowi akan jatuh oleh Setya Novanto dan Reza atau Riza Chalid.

Selanjutnya, (3) the Operators pun meyakinkan banyak pihak termasuk Demokrat dan Prabowo bahwa operasi sikat mafia ini akan dilakukan sesuai dengan prosedur hukum dan tidak akan dilakukan dengan senyap. Dengan ketiga cara tersebut dapat dipastikan bahwa Setya Novanto akan mundur atau dimundurkan dari DPR bukan oleh keputusan MKD yang masuk angin, tetapi oleh tindakan politik dan hukum Setya Novanto sendiri yang melakukan perlawanan namun telah diantisipasi oleh the Operators.

Setya Novanto dan Reza Chalid atau Riza Chalid hanya mengandalkan mimpi usang manusia gagal move on bahwa Presiden Jokowi akan mudah dijatuhkan oleh DPR lewat pemakzulan. Merasa kuat dan banyak uang dan menguasai seluruh kekuasaan dan kekuatan, Setya Novanto dan Reza Chalid tak menyadari bahwa posisi Presiden Jokowi makin hari makin kuat karena konsolidasi politik yang brilian. Bahwa Setya Novanto tertutup oleh sikap megalomania dan lupa bahwa Presiden Jokowi telah telanjur menjadi Presiden Republik Indonesia dan memiliki kekuatan.

Presiden Jokowi pun didukung oleh Konstitusi, TNI, Polri, BIN dan rakyat Indonesia yang minimal memilih Presiden Jokowi dan sebagian pendukung Prabowo yang mulai sadar kekuatan mafialah yang menghancurkan dan membuat Prabowo kalah. Kita hanya menunggu Setya Novanto mundur atau dimundurkan dengan bonus DPR dikocok ulang dan publik tidak melihat lagi trio-kwek-kwek pimpinan Setya Novanto sebagai orang terkuat di Indonesia yang didukung oleh wakilnya yang menerapkan demokrasi dan bicara ugal-ugalan Fadli Zon dan Fahri Hamzah. Plus tentu melihat Reza Chalid atau Riza Chalid menjadi buron dan bertemuan dengan Djoko S Tjandra di Singapura.

Salam bahagia ala saya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun