Kakaknya tetap sabar. Kali lain, anak Abu juga membentak Mama. Mama Abu cuma bisa meneteskan air mata ketika habis sholat. Anak Abu berubah menjadi dari anak yang manis dan cerdas serta pintar menjadi anak yang memukuli kakak dan membentak Mama Abu.
“Nak, udah jangan melamun!” kata Abu mengingatkan.
Anak Abu terhenyak. Anak Abu teringat kisah-kisah yang diceritakan oleh Mama Abu beberapa bulan lalu sebelum kejadian menimpanya. Doa kakak perempuan Abu dan doa Mama Abu yang dianiaya oleh anak Abu sungguh didengar oleh Allah SWT. Mama Abu, anak perempuan Abu dan Abu menyesali doa yang tidak diucapan.
Allah SWT sudah mengetahui masa depan anak-anak ketika dewasa. Itu tercermin dalam kisah Nabi Musa yang kaget melihat Nabi Khidhir membunuh seorang bocah yang sedang bermain membuat Mama Abu dan Abu serta kakak perempuan Abu menjadi sedih. Allah SWT tahu apa yang akan terjadi. Bocah itu dibunuh karena ketika dewasa akan membunuh orang tuanya.
“Mama …” kata anak Abu lembut kali ini.
“Ya sayang..,” sahut Mama Abu sambil meneteskan air mata melihat kesulitan anak Abu berlatih menulis.
“Coba sekali lagi!” pinta Mama Abu.
“Susah Mama!” sahut anak Abu sambil meneteskan air mata.
“Ya, sudah makan dulu!” kata Mama Abu.
Maka kakak Abu – yang dulu biasa dipukuli oleh anak Abu – mengambilkan makanan, dengan air mata bercucuran.
“Mama susah memegang sendok!” keluh anak Abu.