Mohon tunggu...
Ninoy N Karundeng
Ninoy N Karundeng Mohon Tunggu... Operator - Seorang penulis yang menulis untuk kehidupan manusia yang lebih baik.

Wakil Presiden Penyair Indonesia. Filsuf penemu konsep "I am the mother of words - Saya Induk Kata-kata". Membantu memahami kehidupan dengan sederhana untuk kebahagian manusia ...

Selanjutnya

Tutup

Politik

6 Prestasi SBY yang Jokowi tak Bisa Capai

28 Juli 2015   21:13 Diperbarui: 11 Agustus 2015   21:15 10069
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Presiden Jokowi I Dok Pribadi"][/caption]

Siapa bilang SBY tak berprestasi selama 10 tahun tinggal di Cikeas bolak-balik bikin macet jalanan Jagorawi bahkan menewaskan beberapa nyawa? Siapa bilang tidak ada prestasi? Sesungguhnya, jika melihat prestasi SBY yang gemerlap, Presiden Jokowi tak akan mampu memenuhi dan menyamai 6 prestasi SBY. Mari kita tengok 6 prestasi SBY yang Presiden Jokowi tak bisa menyamai dengan hati gembira senang sentosa bahagia suka cita pesta pora riang ria senantiasa selamanya.

Kenapa Presiden Jokowi tak mampu mengejar prestasi SBY? Hal itu disebabkan oleh perbedaan mencolok antara SBY dan Jokowi. Presiden Jokowi yang dipilih oleh mayoritas rakyat yang menjadikannya simbol kepentingan mereka. Sementara SBY menjadi simbol kalangan tertentu pula. Masing-masing memiliki fans, penggemar, dan juga penentang mereka. Mari kita baca enam prestasi SBY itu.

Pertama, prestasi SBY mencipta lagu untuk iringan menari di atas kemiskinan rakyat. Di tengah kesibukan menonton 34 juta rakyat miskin, SBY berdendang menyanyi bersuka cita berbahagia. Kemiskinan bagi SBY adalah angka. Penderitaan si miskin adalah tuah bagi politik dan menjadi obyek politik, menjadi angka, menjadi statistik. Miskin adalah obyek untuk memunculkan data bagi SBY untuk BLT.

Presiden Jokowi dipastikan tak bisa mengikuti prestasi SBY yang melankolis lambat dan peragu itu dan tidak akan bisa mencipta lagu di tengah rakyat yang miskin.

Kedua, prestasi menghormati lembaga kepresidenan dengan penuh gaya-gayaan dengan menjaga wibawa dengan menjauh dari rakyat. Untuk membangun kehormatan SBY menempatkan Istana, Paspampres, jabatannya sebagai kehormatan yang dijunjung tinggi sampai langit ketujuh. Demi menjaga wibawa Istananya adalah eksklusif bagi para pejabat: rakyak harus menjauh dari Istana Presiden.

Presiden Jokowi dipastikan gagal mengikuti prestasi SBY karena menjadikan Istana hanya sebagai kantor kepresidenan – hanya kantor dan tempat tinggal.

Ketiga, prestasi SBY memberi subsidi BBM kepada orang kaya salah sasaran. Nah, per tahun SBY memberikan subsidi Rp 300,000,0000,000,000,- alias 300 triliun untuk para pemilik mobil pribadi dan motor. Hasilnya secara nasional SBY tidak membangun apa-apa. Tak ada infrastruktur yang dibangun selain wacana ke sana ke mari nggak jelas juntrungannya sampai 10 tahun.

Presiden Jokowi tak akan bisa mengikuti prestasi tinggi SBY karena justru menghapus subsidi BBM yang salah sasaran dan menjadi ajang korupsi.

Keempat, prestasi SBY yang berbudaya hemat dan tak membagi uang bagi para orang miskin. SBY menekankan penerapan hidup hemat dengan tidak membagi uang cash dan sumbangan sembako langsung kepada rakyat miskin ketika berkunjung. Prestasi pelit ini menjadi ciri SBY selama 10 tahun belum pernah memberi uang kepada rakyat di jalanan yang dilalui.

Presiden Jokowi dipastikan gagal mengikuti budya pelit karena Presiden Jokowi membagi uang ratusan ribu sampai puluhan bahkan ratusan juta kepada rakyat yang ditemuinya. Itu dilakukan secara sporadis sebagai simbol tanda kecintaan kepada rakyat.

Kelima, prestasi SBY melakukan alineasi diri SBY terhadap rakyat. Dalam kunjungannya ke mana pun SBY menempatkan diri di menara gading, jauh dari rakyat, lebay pengamanan: tidak mengunjungi rakyat secara teratur. Rakyat hanya mampu melihat SBY dari jarak ratusan meter.

Presiden Jokowi dipastikan tak akan mampu mengejar prestasi SBY yang melakukan alineasi dengan rakyat. Presiden Jokowi mendekati rakyat dan tak berjarak karena bagian dari rakyat.

Keenam, prestasi SBY menjadikan partai politik sebagai milik pribadi. Hanya SBY yang menjadikan parpol Partai Demokrat sebagai miliknya. Para pengritik yang mencoba merebut kekuasaan di PD dipecat dengan luar biasa. Anas Urbaningrum, Gde Pasek, bahkan Marzuki Alie menjadi terpecat dan atau dipaksa mundur karena mengritik atau cenderung akan menyingkirkan.

Presiden Jokowi memanfaatkan parpol sebagai kendaraan politik dan rakyat sebagai tameng, bukan partai. Presiden Jokowi juga bukan ketua umum parpol.

Demikian prestasi SBY selama 10 tahun yang dipastikan tak akan mampu dikejar oleh Presiden Jokowi.

Salam bahagia ala saya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun