Kata-kata yang dirangkai dalam kalimat dimaknai sesuai dengan persepsi lingkungan dan kebutuhan manusia dalam komunitas masing-masing.
Kesepakatan untuk memersepsikan makna kata-kata dalam komunitas tertentu suatu bahasa didasarkan pada kesepakatan sosial dan kebutuhan.
Kata-kata dalam bahasa terus mati dan berkembang secara dinamis sesuai dengan konteks kebutuhan sosial para pengguna bahasa tertentu.
Manusia eksis di dunia dalam arti diri sendiri karena manusia berpikir dengan kata-kata sebagai inti alat berpikir manusia paling utama.
Manusia hanya menguasai kata-kata dan berpikir dalam kata-kata pada setiap kesadaran diri manusia dan bahkan dalam alam bawah sadar.
Setiap manusia berpikir dan dikuasai oleh kata-kata dalam setiap kesadaran dan ketidaksadaran dirinya tanpa pernah terpisah.
Eksistensi manusia didasarkan pada penguasaan terhadap kata-kata dalam konteks kebutuhan sosial dirinya baik sosial maupun asosial.
Dengan kata-kata sebagai alat berpikir maka kata-kata menjadi identitas melekat bagi setiap manusia bahkan nama manusia berwujud kata.
Kata-kata yang dikuasai manusia berasal dari kultivasi budaya dan peradaban sejarah manusia sesuai kebutuhan sosial dan asosialnya.
Manusia sosial akan memroduksi dan menghasilkan serta menguasai lebih banyak variasi kebutuhan kata-kata sesuai konteks sosialnya.
Manusia asosial dan soliter memroduksi dan menghasilkan serta menggunakan kata-kata hanya sesuai dengan kebutuhan berpikir pada dirinya.