Mohon tunggu...
Ninoy N Karundeng
Ninoy N Karundeng Mohon Tunggu... Operator - Seorang penulis yang menulis untuk kehidupan manusia yang lebih baik.

Wakil Presiden Penyair Indonesia. Filsuf penemu konsep "I am the mother of words - Saya Induk Kata-kata". Membantu memahami kehidupan dengan sederhana untuk kebahagian manusia ...

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Novel Ditangkap: Jokowi Tak Berdaya Rupa Hayam Wuruk dalam Pralaya Dyah Pitaloka

1 Mei 2015   11:59 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:29 1559
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Novel Baswedan ditangkap Bareskrim Polri. Ditangkapnya Novel menunjukkan Presiden Jokowi tak mampu mengendalikan kekuatan Polri. Budi Waseso menunjukkan ketegasannya. Tindakan Budi Waseso tanpa koordinasi dengan Presiden Jokowi - mengingat kasus Novel tahun 2012 telah dihentikan oleh lembaga kepresidenan SBY. Tindakan Budi Waseso ini serupa dengan langkah yang diambil Gajah Mada ketika menumpas rombongan pengantin Dyah Pitaloka dari Kerajaan Sunda. Mari kita tengok kisah Novel dan Budi Waseso dengan Hayam Wuruk lawan Gajah Mada dalam uraian Ki Sabdopanditoratu dengan hati jauh dari riang gembira senang sentosa ria bahagia sukacita pesta pora selamanya senantiasa.

Langkah Bareskrim ini untuk menuntaskan kasus Novel Baswedan - yang pernah menyidik Djoko Susilo. Kini tak ada lagi halangan dari Presiden Jokowi untuk menangkap Novel. Duet kembar Wakapolri Budi Gunawan dan Kapolri Badrodin Haiti pun setuju langkah Budi Waseso.

Kisah Novel dan Budi Waseso ini mirip dengan peristiwa sejarah pralaya Bubat yang melibatkan Gajah Mada dan Raja Sunda Linggabuana yang diberi gelar Siwangi (Yang Harum). (Makanya seluruh raja Sunda keturunan Prabu Niskalawastu Kencana Kerajaan Galuh disebut Siliwangi artinya ‘Pengganti yang Wangi.) Kesalahan Gajah Mada ini berakibat terjadinya kutukan kehancuran diri Gajah Mada dan Kerajaan Majapahit pun terkutuk. Peristiwa Bubat menorehkan sejarah luka abadi Kerajaan Sunda dan Kerajaan Jawa sampai sekarang.

Gajah Mada - dengan tindakan menumpas rombongan pengantin Prabu Linggabuana, permaisuri, kerabat dan Dyah Pitaloka yang bunuh diri - menandai awal kehancuran Majapahit. Kesalahan Gajah Mada yang berambisi politik dengan mencampuradukkan kekuatan dan ambisi politik Gajah Mada dengan kemauan menikah Hayam Wuruk kepada Dyah Pitaloka. Gajah Mada memanfaatkan pernikahan Hayam Wuruk dengan Dyah Pitaloka untuk menguasai Kerajaan Sunda. Hal yang sebenarnya Hayam Wuruk tidak tahu.

Novel Baswedan adalah target. Novel adalah penyidik terhandal KPK. Bahkan Djoko Susilo pun disidik oleh Novel. Kini pun Novel tengah menangani kasus korupsi Andriyansah - politikus PDIP. Ada keinginan Novel mendapatkan pelajaran, sebagaimana Abraham Samad dan Bambang Widjajanto untuk kasus 2007 dan 2010, masing-masingnya.

Bahkan disebutkan oleh Budi Waseso, Novel bukan siapa-siapa bagi Polri. Maka dia ditangkap untuk kasus lama 2004 - akibat laporan dari keluarga korban. Maka gayung bersambut, Novel pun ditangkap. KPK pun meradang. Namun radangan KPK tak digubris karena ada kekuatan di balik Presiden Jokowi yang menguasai kekuatan Polri, yakni Megawati. Presiden Jokowi pun berkompromi dengan kekuatan masif Polri lewat Bareskrim. Apalagi Bareskrim dengan cerdas juga menyasar high profile criminal cases seperti kasus UPS dan Stadion Sepak bola Bandung. Tujuannya untuk mengimbangi kasus Abraham Samad dan Bambang Widjajanto serta kini Novel Baswedan. Novel, Bambang, dan Samad adalah target.

Tindakan Budi Waseso ini dapat dipahami karena keberhasilan memerkarakan Abraham Samad, Bambang Widjajanto, dan Denny Indrayana. Maka menjadi tak mengherankan langkah berikutnya adalah menangkap Novel Baswedan yang memiliki catatan menyidik Djoko Susilo. Kini kekuatan Bareskrim sedang di puncak - di tengah kelemahan Presiden Jokowi mengendalikan Polri.

Pada tahun 1357, Hayam Wuruk yang berniat untuk menikahi Dyah Pitaloka dimanfaatkan oleh ambisi Gajah Mada untuk menguasai Sunda. Gajah Mada memberikan syarat kepada Hayam Wuruk jika pernikahan itu sebagai wujud penaklukan Majapahit atas Sunda. Hayam Wuruk yang tertarik pada kecantikan Dyah Pitaloka pun tidak menyetujui ide dan pandangan pernikahan politik Gajah Mada. Namun, Gajah Mada tidak peduli.

Di tengah perjalanan di Pasanggrahan Bubat, Gajah Mada memaksa Prabu Buanalingga untuk mengakui penaklukan Majapahit atas Kerajaan Sunda Galuh. Prabu Buanalingga pun menolak. Gajah Mada yang digjaya karena baru saja menaklukkan Kerjaaan Dompu memaksa Buanalingga. (Bareskrim baru saja berhasil memerkarakan Abraham Samad, Bambang Widjojanto, dan Denny Indrayana serta korupsi Stadion Bandung dan kasus UPS yang menyeret kesaksian Lulung.)

Tentu saja Linggabuana merasa terhina. Gajah Mada yang gelap mata tidak memedulikan Hayam Wuruk dan Linggabuana. Maka demi ambisi politik menguasai Kerajaan Sunda, Gajah Mada dengan pasukan Bhayangkara-nya membunuh seluruh rombongan keluarga Kerajaan Sunda beserta pejabat kerajaan yang terbatas. Putri-putri Linggabuana dan permaisuri melakukan bunuh diri untuk menjaga kehormatan.

Habis sudah seluruh keturunan Linggabuana, kecuali satu yakni Pangerang Niskalawastu Kencana ditinggal di Istana Kawali yang merupakan adik Dyah Pitaloka. Tidak diikutkannya Niskalawastu Kencana atas anjuran seorang Puun Sa'abih alias dukun agama Sunda Wiwitan yang menurunkan para keturunan suku Baduy di Banten. (Inilah sebabnya ketika Kerajaan Sunda berubah menjadi kerajaan Islam di bawah kekuasaan Kerajaan Mataram Islam, keyakinan Sunda Wiwitan suku Baduy tetap dihormati oleh keturunan Pangeran Nisklawastu Kencana karena Puun Saa'bih berjasa menjaga keturunan kerajaan Sunda tetap lestari dari peristiwa Bubat.)

Akibat kesembronoan Gajah Mada tidak mematuhi perintah Hayam Wuruk, maka kutukan jatuh ke Gajah Mada. Tahun 1357 Gajah Mada disingkirkan oleh Hayam Wuruk digantikan oleh Gajah Enggon dan sejak saat itu tak ada lagi penaklukan wilayah. Gajah Mada pun tujuh tahun kemudia meninggal dunia pada 1364 karena dibunuh orang tak dikenal. (Dibunuhnya Hayam Wuruk setelah 7 tahun adalah karma dan penghinaan akibat kutukan membunuh 7 anggota rombongan pengantin Prabu Linggabuana dan Dyah Pitaloka.) Hayam Wuruk yang murka namun dia juga tak lepas dari kutukan dan Majapahit hilang setelah Hayam Wuruk mangkat. Pada tahun 1478 ditandai kematian Bre Kertabumi berakhirlah Kerajaan Majapahit dengan ‘sirna ilang kertaning bhumi'.

Maka tindakan Bareskrim dan Polri lewat Budi Waseso terhadap beberapa ‘rombongan KPK' yakni Abraham Samad, Bambang Widjojanto, Denny Indrayana, dan kini Novel Baswedan adalah gambaran sikap Gajah Mada yang membunuh 7 orang anggota rombongan pengantin Dyah Pitaloka, Prabu Linggabuana, permaisuri dan 4 keluarga Kerajaan Galuh yang tak berdaya. Sejarah selalu terulang dan tragedy kini adalah gambaran kisah masa lalu seperti dituturkan oleh Ki Sabdopanditoratu.

Salam bahagia ala saya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun