Mohon tunggu...
Ninoy N Karundeng
Ninoy N Karundeng Mohon Tunggu... Operator - Seorang penulis yang menulis untuk kehidupan manusia yang lebih baik.

Wakil Presiden Penyair Indonesia. Filsuf penemu konsep "I am the mother of words - Saya Induk Kata-kata". Membantu memahami kehidupan dengan sederhana untuk kebahagian manusia ...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kisah Indah Wanita Jelita (11)

8 Desember 2012   10:34 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:59 537
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Maaf!" hanya itu ucapan Sri.

Plak. Plak. Tamparan pertama Raden mengenai pipi kiriku. Tamparan keduanya mengenai mulutku. Darah segar mengalir dari belahan bibirku. Kedua anakku lari ke lantai atas demi melihat aku dianiaya oleh Raden Panji.

Kini, dengan tanpa pekerjaan, selepas pensiun Raden Panji hanya menggantungkan sisa-sisa uang yang dia punyai. Jumlahnya pun tak jelas berapa banyak. Kesombongan dan keangkuhannya aku pikir akan sembuh dan berubah menjadi lebih baik. Aku pikir, setelah pensiun, Raden akan mengubah sikapnya kepadaku dan semua orang di sekelilingnya. Harapan tinggal harapan. Sikap sombongnya dan tinggi hatinya semakin mengental. Dalam kasus tadi, apa salahnya dia memasukkan sendiri pakaian ke dalam mesin cuci dan tekan tombol Start. Maka cucian akan kering dalam 30 menit. Semua serba otomatis.

"Kedewasaan itu tak berhubungan dengan umur. Kebijaksanaan tidak berkaitan dengan pengalaman. Buktinya? Raden Panji tidak dewasa dan bijaksana meski umurnya telah mencapai angka 59 tahun!" ucapku dalam hati pada diri sendiri.

Aku semakin kuat kini dan akan segera mengambil keputusan tegas untuk meninggalkan suamiku. Apalagi kini dia telah menamparku. Bagiku seorang laki-laki menampar perempuan adalah tabu. Tindakannya itu telah semakin membuat aku teguh untuk meninggalkan dirinya, di usia pensiunnya. Tegakah aku keluar rumah dan meninggalkan laki-laki itu yang telah memberiku dua anak? (To Be Continued)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun