Mohon tunggu...
Ninoy N Karundeng
Ninoy N Karundeng Mohon Tunggu... Operator - Seorang penulis yang menulis untuk kehidupan manusia yang lebih baik.

Wakil Presiden Penyair Indonesia. Filsuf penemu konsep "I am the mother of words - Saya Induk Kata-kata". Membantu memahami kehidupan dengan sederhana untuk kebahagian manusia ...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kisah Indah Wanita Jelita

1 Desember 2012   17:22 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:21 436
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Untung aku masih memiliki kemampuan untuk membayangkan keindahan lelaki dan tidak membunuh perasaanku. Aku tak mau menjadi korban laki-laki dengan membuat diriku kehilangan keyakinan dan kepercayaan pada laki-laki.

Namun, jujur aku akui. Lelaki ini adalah satu-satunya laki-laki yang pertama aku kenal dan aku temui. Semuanya berawal dari dunia maya. Betapa aku merasa nyaman dengan ungkapan dan ceritanya. Hingga aku sadar aku tertarik untuk bertemu dengannya. Itulah kali pertama aku menemuinya.

Café tempatku bertemu itu memang asyik. Tak terlihat oleh umum dan ekslusif. Di tempat itu dia mengalami kesulitan memilih makanan. Lelaki itu seteril dari zat warna, pewarna buatan dan makanan berbahan baku ayam bloiler sangat dijauhi. Pun alkohol, rokok, dan bahkan soft-drink adalah pantangannya. Namun akhirnya dia memilih potato grilled with cheese topping bla bla bla yang nampak enak.

"Dengan makanan seperti itu aku tak pernah sakit apapun sejak usia 13 tahun..." katanya pamer soal kesehatannya.

"Wow...bagus dong..." timpalku kagum.

"Dan yang lebih seru aku tak pernah capek. Cuma ngantuk saja cara capekku..." jelasnya lebih lanjut.

Makanan itu datang. Kami makan berdua, karena tak mungkin kami memakan makanan satu porsi itu. Ketika aku menemui kesuliatan untuk makan itu, seorang waitress dengan sigap memberikan satu set alat makan. Layanan yang serta merta mendapat apreasiasi dari lelaki di depanku itu.

"Excellent service. I appreciate it. Thank you," ucapnya sepontan.

Duh, lelaki ini begitu sederhana. Tak ada sedikitpun sifat dan sikap angkuh. Berbeda sekali dengan suamiku. Keegoisan telah mengantarkan dirinya pada gundah gulana. Rasa bahagia semakin menjauh beriringan dengan jalannya waktu.

Empat bulan lalu suamiku telah pensiun. Aku tak tahu dan tak mau tahu tentang keungan dirinya. Yang jelas aku sudah tak mau bersatu dengannya. Cukup sudah. Yang menjadi pikiranku sekarang hanya kedua buah hatiku. Mereka kini mulai tahu tentang keadaan hubunganku dengan ayah mereka. Tampaknya mereka sudah memahami retaknya hubungan kami. Namun, aku tetap menjaga diri jangan sampai namaku tidak indah di depan kedua anakku.

Kini aku bekerja untuk menghidupi diri dan kedua anakku. Aku merasa sejak aku memutuskan untuk bekerja, aku menemukan kebebasan dalam kehidupanku. Namun yang kini menjadi beban pikiranku adalah bagaimana aku harus memulai kehidupan aku. Yang aku pikirkan sekarang adalah adanya tempat tinggal dan kendaraan bagiku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun