Dua tabung itu memancarkan cahaya seperti pelangi, masing-masing meluncur ke dua arah berlawanan. Dan ... kembang api raksasa berwarna pelangi menggambarkan wajah istri dan anakku berdiam sepuluh detik dan mengucapkan kata yang aku dengar di Chamber of Heaven di Bumi ini. Wow.
"I love you, Niko. I love you, Daddy," kata istri dan anakku serempak sambil tersenyum.
"I love you, Vrisunda. I love you, Rejoice. Selamat jalan istriku, anakku, Sayang," kataku menyambut ucapan cinta mereka.
Pada detik kesebelas istri dan anakku telah masuk ke pintu surga. Aku bangkit dari tempat bersimpuh aku. Aku tekan tombol lagi dan meninggalkan Chamber of Heaven dan keluar dari dalam kompleks AllReligionsPrayerHouse.
Kini aku menghampiri flying helicap aku. Pulang ke rumah. Menyusuri kota yang masih saja penuh mayat bergelimpangan. Tugas baru menanti. Seorang diri. Paling tidak aku sudah lega mampu menjalankan tugas ‘memakamkan' istri dan anakku. Kini tugas-tugas menanti aku. Mampukah aku hidup seorang diri?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H