Mohon tunggu...
Ninoy N Karundeng
Ninoy N Karundeng Mohon Tunggu... Operator - Seorang penulis yang menulis untuk kehidupan manusia yang lebih baik.

Wakil Presiden Penyair Indonesia. Filsuf penemu konsep "I am the mother of words - Saya Induk Kata-kata". Membantu memahami kehidupan dengan sederhana untuk kebahagian manusia ...

Selanjutnya

Tutup

Politik

KPK Bagai Menantu Hidup di Pondok Mertua dalam Menghadapi Mafia Korupsi

9 Maret 2015   14:35 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:57 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

DPR tahu makna sesungguhnya pidato Pak Beye yang melemahkan peran Menantu dan menyembunyikan korupsi lain di lingkungan Mertua. Keadaan ini sama dengan perseteruan KPK versus Polri, SBY mendua dan tidak tegas dalam memberikan komando. SBY seolah memberikan peran kepada KPK untuk mengusut Korupsi di Polri, namun kalu dicermati SBY justru membatasi gerak pemberantasan korupsi di Polri jika ada. Ini tak dipahami publik dan Rakyat. DPR pun sebenarnya merasa kurang puas. Namun apa boleh buat, untuk sementara SBY mundur selangkah dalam upaya anti pemberantasan korupsi, demi keamanan kursi kepresidenan yang bisa tergoncang jika salah berpihak. Mundur selangkah untuk menang 10 langkah anti pemberantasan korupsi ala SBY, Polri dan DPR! Aneh.

KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) ibarat menantu yang sangat baik dan menjadi idola. Namun menantu itu tinggal bagai di rumah mertua. KPK memiliki rumah. Namun rumah itu selalu saja akan dirobohkan. Bahkan dengan nekat rumah milik KPK itu diklaim sebagai tidak layak huni, tidak pantas ditempati, dan dihuni oleh para criminal. Menantu itu terkenal baik. Menantu itu selalu dipuja dan dicintai banyak gadis tetangga.

KPK sebagai menantu lelaki yang seksi, rumahnya ditempati oleh mertua laki-laki dan wanita. Istri KPK yang seksi hendak diambil oleh mertua KPK. Kenapa karena istri KPK itu dianggap durhaka kepada mertua. Mertua KPK tidak mau menerima kenyataan istri KPK menyidik saudaranya. Mertua KPK sangat marah kepada istri KPK.

Karena telah begitu meresahkan dan menjengkelkan mertua KPK yang menjabat sebagai Polisi melakukan tindakan lucu. Bersama dengan saudara kandungnya, DPR, Mertua mengajak Pak Beye, Lurah Desa Besar Penuh Korupsi, untuk merecoki KPK dan keluarganya.

Sehabis makan malam yang dihadiri oleh Menantu, Istri, Mertua dan Pak Beye, seperti biasa Menantu laki-laki itu masuk ke dalam kamar. Sebagai pengantin baru Menantu laki-laki itu ingin memadu kasih dengan Istri. Maka dengan bahagia Menantu dan Istri masuk kamar mereka.

Mertua yang sudah dirasuki sifat su'udzon selalu berburuk sangka. Dia mengira Menantu akan menyiapkan tuntutan dan memberantas korupsi yang dilakukan oleh dirinya. Mertua berusaha menggagalkan usaha Menantu menyidik soal korupsi. Apalagi DPR mendukung dirinya. Juga Pak Beye ambigu dan mendukung secara tidak langsung. Maka Mertua, DPR dan Pak Beye bersatu menghambat usaha Menantu.

"Tok-tok-tok!" bunyi ketukan pintu dari luar. Menantu dan Istri terpana. Mereka baru saja menutup pintu. Celana dan baju juga belum dilukar. Selimut juga belum ditarik. Dengan berat hati Istri membuka pintu. Rencananya Menanti dan Istri akan membuka kasus Century setelah selesai membuka kasus Simulator.

"Ada apa Pak?" tanya Istri dengan muka kosong.

"Pesan buat suamimu. Jangan periksa Djoko Susilo!" kata Mertua dengan pongahnya.

Istri masuk dan memeluk Menantu. Dipeluknya Istri tercinta. Mereka merayakan cinta dengan segala rasa indahnya. Dibukanya resleting celana jeans Istri...

"Tok-tok-tok!" bunyi pintu diketuk lagi oleh Mertua.

Bangkitlah Istri dari pelukan Manantu. Resleting celana dipakai kembali. Menantu kesal. Nafsu kenikmatan cintanya terganggu. Selama mereka tidak bisa merayakan cinta dengan tenang, selama itu pemberantasan korupsi belum dimulai. Bercinta adalah prasyarat bagi Menantu dan Istri bekerja memberantas korupsi. Selama Menantu dan Istri tidak bisa bercinta, maka Mertua, DPR dan Pak Beye bisa menghambat pemberantasan korupsi. Hanya dengan ketenangan Menantu bisa bekerja untuk memberantas korupsi. Bahkan rumah Menantu telah diambil alih dan diduduki Mertua. Rumah kecil itu hanya menumpang. Usulan membeli rumah lebih besar selalu ditentang oleh DPR.

"Ada apa Pak?" tanya Istri pada Mertua dengan muka kesal menahan asmara cinta foreplay yang terputus.

"Tolong matikan lampu taman ya!" kata Mertua sambil pergi menjauhi Istri.

Maka lampu taman dimatikan. Menantu menahan marah. Istri yang memiliki orang tua, Mertua, juga mulai marah. Maka serta merta mereka sepakat untuk tidak memedulikan gangguan Mertua. Jika Mertua mengganggu.

"Tok.Tok.Tok.Tok!" bunyi pintu digedor Mertua. Teriak Mertua dari luar:"Hai. Kalian masih saja menangani Simulator ya? Hai kalian tidak tahu siapa Istri. Hai keluar kau Istri. Aku akan tangkap kamu. Kamu terbukti membunuh pencuri burung walet sriti dan kucing di Bengkulu. Hai keluar kamu, Istri!"

Mendengar teriakan itu, Menantu menelepon teman-temannya. Rakyat, Masyarakat, dan LSM datang ke rumah Menantu. Mereka berhadapan dengan Mertua dan masuk mendekati kamar Menantu. Mertua rupanya telah menguasai rumah Menantu. Keadaan genting.

Pembantu Pak Beye, Denny datang bersama Rakyat mendukung Menantu. Mertua bergeming. Mertua tetap akan menangkap Istri, anaknya yang menjadi Istri Menantu. Pak Beye yang terkenal komitmen pada pemberantasan korupsinya hanya keras di atas kertas dan pidato diam seribu bahasa.

Rakyat gemas. Banjir tekanan memojokkan Mertua dan muaranya Pak Beye. Rakyat marah kedamaian keluarga Menantu dan Istri terganggu. Rakyat menilai tindakan Mertua mengganggu Menantu sudah keterlaluan. Namun karena gangguan Mertua terhadap Menantu diketahui oleh Pak Beye, maka kemarahan Rakyat mengarah pada Pak Beye.

Di tengah tekanan itu maka Pak Beye dengan cerdas datang menyelesaikan konflik Menantu versus Mertua.

"Menantu tetap menangani masalah Simulator! Mertua tidak boleh diperiksa oleh Menantu soal pengadaan barang di Mertua. Lalu, penangkapan atas Istri tidak tepat waktu atau timing dan caranya! Revisi UU Menantu juga tidak tepat timingnya!"

"Asyik. Cuma Djoko Susilo yang kena! Dugaan lain amaaaaaaaan. Soal kapan menangkap Istri tinggal tunggu waktu yang tepat. Pak Beye tidak mengatakan JANGAN menangkap. Hanya timingnya saja untuk mengungkap kasus sarang burung walet di Bengkulu yang diduga melibatkannya. Kapan-kapan akan aku tangkap dia, anak durhaka!" sorak Mertua.

"Revisi UU Menantu juga tidak tepat timingnya. Nanti saja kalau sudah tenang akan diperjuangkan untuk melemahkan Menantu agar Menantu sebagai tonggak paling depan pemberantasan korupsi menjadi sama seperti Kejaksaan yang impoten. Untuk itu Mertua selalu mengganggu agar Menantu tidak bisa merasa tenang, tidak bisa merasa senang. Dengan demikian Menantu tidak bisa bekerja. DPR dengan tegas mendukung Mertua melemahsyahwatkan Menantu. Menantu kurang ajar menjebloskan banyak anggota DPR. Ini tak boleh dibiarkan!" teriak DPR kegirangan mendengar pidato Pak Beye.

DPR tahu makna sesungguhnya pidato Pak Beye yang melemahkan peran Menantu dan menyembunyikan korupsi lain di lingkungan Mertua. Keadaan ini sama dengan perseteruan KPK versus Polri, SBY mendua dan tidak tegas dalam memberikan komando. SBY seolah memberikan peran kepada KPK untuk mengusut Korupsi di Polri, namun kalu dicermati SBY justru membatasi gerak pemberantasan korupsi di Polri jika ada. Ini tak dipahami publik dan Rakyat. DPR pun sebenarnya merasa kurang puas. Namun apa boleh buat, untuk sementara SBY mundur selangkah dalam upaya anti pemberantasan korupsi, demi keamanan kursi kepresidenan yang bisa tergoncang jika salah berpihak. Mundur selangkah untuk menang 10 langkah anti pemberantasan korupsi ala Polri dan DPR yang secara tidak langung dibiarkan oleh SBY.

KPK sungguh hanya bisa tetap ada jika Rakyat mendukungnya. KPK tetap akan diserang dan dilemahkan dan bahkan impoten - seperti pelemahan Menantu oleh Mertua - oleh mafia anti pemberantasan korupsi yang terdiri dari unsur Polri dan DPR yang kotor. Biarkan Polri dan DPR lupa bahwa melemahkan dan mengerdilkan KPK sama dengan berhadapan dengan Rakyat!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun