Mohon tunggu...
Ninoy N Karundeng
Ninoy N Karundeng Mohon Tunggu... Operator - Seorang penulis yang menulis untuk kehidupan manusia yang lebih baik.

Wakil Presiden Penyair Indonesia. Filsuf penemu konsep "I am the mother of words - Saya Induk Kata-kata". Membantu memahami kehidupan dengan sederhana untuk kebahagian manusia ...

Selanjutnya

Tutup

Politik

KPK Bagai Menantu Hidup di Pondok Mertua dalam Menghadapi Mafia Korupsi

9 Maret 2015   14:35 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:57 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bangkitlah Istri dari pelukan Manantu. Resleting celana dipakai kembali. Menantu kesal. Nafsu kenikmatan cintanya terganggu. Selama mereka tidak bisa merayakan cinta dengan tenang, selama itu pemberantasan korupsi belum dimulai. Bercinta adalah prasyarat bagi Menantu dan Istri bekerja memberantas korupsi. Selama Menantu dan Istri tidak bisa bercinta, maka Mertua, DPR dan Pak Beye bisa menghambat pemberantasan korupsi. Hanya dengan ketenangan Menantu bisa bekerja untuk memberantas korupsi. Bahkan rumah Menantu telah diambil alih dan diduduki Mertua. Rumah kecil itu hanya menumpang. Usulan membeli rumah lebih besar selalu ditentang oleh DPR.

"Ada apa Pak?" tanya Istri pada Mertua dengan muka kesal menahan asmara cinta foreplay yang terputus.

"Tolong matikan lampu taman ya!" kata Mertua sambil pergi menjauhi Istri.

Maka lampu taman dimatikan. Menantu menahan marah. Istri yang memiliki orang tua, Mertua, juga mulai marah. Maka serta merta mereka sepakat untuk tidak memedulikan gangguan Mertua. Jika Mertua mengganggu.

"Tok.Tok.Tok.Tok!" bunyi pintu digedor Mertua. Teriak Mertua dari luar:"Hai. Kalian masih saja menangani Simulator ya? Hai kalian tidak tahu siapa Istri. Hai keluar kau Istri. Aku akan tangkap kamu. Kamu terbukti membunuh pencuri burung walet sriti dan kucing di Bengkulu. Hai keluar kamu, Istri!"

Mendengar teriakan itu, Menantu menelepon teman-temannya. Rakyat, Masyarakat, dan LSM datang ke rumah Menantu. Mereka berhadapan dengan Mertua dan masuk mendekati kamar Menantu. Mertua rupanya telah menguasai rumah Menantu. Keadaan genting.

Pembantu Pak Beye, Denny datang bersama Rakyat mendukung Menantu. Mertua bergeming. Mertua tetap akan menangkap Istri, anaknya yang menjadi Istri Menantu. Pak Beye yang terkenal komitmen pada pemberantasan korupsinya hanya keras di atas kertas dan pidato diam seribu bahasa.

Rakyat gemas. Banjir tekanan memojokkan Mertua dan muaranya Pak Beye. Rakyat marah kedamaian keluarga Menantu dan Istri terganggu. Rakyat menilai tindakan Mertua mengganggu Menantu sudah keterlaluan. Namun karena gangguan Mertua terhadap Menantu diketahui oleh Pak Beye, maka kemarahan Rakyat mengarah pada Pak Beye.

Di tengah tekanan itu maka Pak Beye dengan cerdas datang menyelesaikan konflik Menantu versus Mertua.

"Menantu tetap menangani masalah Simulator! Mertua tidak boleh diperiksa oleh Menantu soal pengadaan barang di Mertua. Lalu, penangkapan atas Istri tidak tepat waktu atau timing dan caranya! Revisi UU Menantu juga tidak tepat timingnya!"

"Asyik. Cuma Djoko Susilo yang kena! Dugaan lain amaaaaaaaan. Soal kapan menangkap Istri tinggal tunggu waktu yang tepat. Pak Beye tidak mengatakan JANGAN menangkap. Hanya timingnya saja untuk mengungkap kasus sarang burung walet di Bengkulu yang diduga melibatkannya. Kapan-kapan akan aku tangkap dia, anak durhaka!" sorak Mertua.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun