Mohon tunggu...
Ninoy N Karundeng
Ninoy N Karundeng Mohon Tunggu... Operator - Seorang penulis yang menulis untuk kehidupan manusia yang lebih baik.

Wakil Presiden Penyair Indonesia. Filsuf penemu konsep "I am the mother of words - Saya Induk Kata-kata". Membantu memahami kehidupan dengan sederhana untuk kebahagian manusia ...

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Fadli Zon di Mata Kiai Langitan dan Konsistensi Rhoma Irama Penyebab Kegagalan Koalisi PPP-Gerindra

25 April 2014   16:34 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:12 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siapa penyebab kegagalan koalisi Gerindra-PPP dalam mendukung Prabowo? Kegagalan Gerindra mendapatkan dukungan PPP dan para parpol Islam tak terlepas dari sosok Fadli Zon. Sepak terjang Fadli Zon di masa lampau dan Prabowo menjadi sumber pertimbangan para kiai langitan dalam mendukung capres Prabowo. Upaya Prabowo dan Hasyim mendekati para kiai langitan ternyata tak membuahkan hasil. Kunjungan Suryadharma Ali dan Prabowo ke Mbah Mun - anggota majelis syuro PPP tetap tidak bergeming malah justru membatalkan kesepakatan PPP dengan Gerindra.

Kini justru secara formal Mukernas PPP membatalkan koalisi dan dukungan kepada Prabowo. Kalangan internal Gerindra menyebut ada strategi yang salah dalam membangun komunikasi politik Gerindra dalam menyikapi perkembangan politik terkait hasil pileg dan situasi politik menjelang pilpres 09 Juli 2014. Dalam hal strategi ini, Fadli Zon diyakini paling bertanggung jawab terhadap kegagalan Gerindra mendapatkan mitra koalisi.

Dalam rangka membangun komunikasi politik, ternyata kiai NU - yang diyakini memiliki peran penting dalam koalisi PKB dan PPP yang sangat menentukan - membandingkan Fadli Zon dan Prabowo dengan Rhoma Irama. Prabowo dianggap kurang santun terhadap Megawati - yang pernah menjadi pasangan cawapres Megawati. Sementara Fadli Zon memiliki catatan yang menjadi pertimbangan para kiai Langitan, sesepuh para partai PPP dan PKB.

Melihat sepak terjang Fadli Zon dan Rhoma Irama dalam berpolitik, para kiai awalnya sangat terkesan. Namun pada akhirnya terdapat kesimpulan yang berbeda di antara keduanya di mata kiai. Terdapat pelajaran yang sangat indah terkait langkah dan strategi politik mereka. Fadli Zon sebagai seorang politikus memiliki taktik dan teknik politik yang tak diragukan. Begitu pula Rhoma Irama, dari mulai bercanda dan canda-candaan menjadi beneran. Itu luar biasa. Ada yang dapat dipetik dari kedua orang tersebut. Mari belajar dari Fadli Zon - yang diberitakan pernah dipukuli oleh Prabowo karena menilep uang demonstran bayaran - dan Rhoma Irama.

Ideologi. Fadli Zon dan Rhoma Irama memiliki kesetiaan yang luar biasa dengan cita-citanya. Ideologi Fadli Zon adalah ideologi kepentingan. Idiologi Rhoma Irama Islam-kebangsaan.

Fadli Zon memiliki catatan sebagai kutu loncat ideologi. Dulu dia ketika masih di Partai Bulan Bintang selalu berbicara tentang syariah, ukhuwah, dan islamiyah. Namun, belakangan bahkan Fadli Zon kecewa dengan partai Islam, makanya dia beralih haluan menjadi penganut nasionalis dengan partai Gerindra.

Rhoma Irama memiliki ideologi jelas: Islam dan nasionalis. Rhoma Irama adalah sosok yang konsisten membela Islam dan nasionalisme. Ideologi politiknya adalah kepentingan Islam. Sejak tahun 1976, ketika PPP bisa menghijaukan Jakarta, peran Rhoma Irama sangat besar - di samping sikap netral Gubernur Ali Sadikin yang luar biasa - dalam mendorong warga Jakarta berani memilih PPP.

Dari PPP, Rhoma Irama tidak pernah menyeberang ke partai nasionalis mana pun selain partai berbasis Islam. PPP, PKB, dan Rhoma Irama sama sekali tidak pernah tertarik dengan partai berideologi wahabi dan Ikhwanul Muslimin seperti PBB dan PKS. Rhoma Irama memiliki instink politik tajam - meski sering dianggap sebagai lelucon oleh masyarakat.

Kesantunan Politik. Fadli Zon dan Rhoma Irama memiliki kesantunan politik yang berbeda. Fadli Zon haus akan jabatan. Rhoma Irama tak pernah menjadi pengurus partai.

Sejak zaman aktivis 1998, Fadli Zon selalu dipaparkan dengan kerasnya persaingan di dalam berorganisasi. Di PBB Fadli Zon berseteru dengan Yusril Ihza Mahendra sampai akhirnya Fadli Zon lari dari PBB. Akibat dari paparan kekerasan politik - bahkan dikabarkan Fadli Zon pernah dipukuli oleh Prabowo karena menilep uang untuk mengerahkan preman sebagai tandingan demo mahasiswa di DPR. Fadli Zon sejak dulu adalah orang suruhan Prabowo.

Karenanya, Fadli Zon memiliki trauma masa lalu pernah dihajar dan dipukuli oleh tentara semacam Prabowo sehingga kesetiaan Fadli Zon kepada Prabowo seumur hidup. Jadi, tak mengherankan jika gaya berpolitik Fadli Zon terkenal brangasan dan menyerang grusa-grusu ra karuan.

Sementara Rhoma Irama, secara konsisten bertingkah laku layaknya sebagai penganut Islam yang sangat baik dan cara berbicaranya lebih kepada gambaran orang alim, ustadz, kiai, muslim yang sederhana - meskipun Rhoma Irama memiliki kekayaan materi yang luar biasa. Cara bicara yang santun itu menarik banyak wanita sehingga paham poligami menjadi daya tarik utama Rhoma Irama. Itulah keunggulan Rhoma Irama.

Fadli Zon kecewa dengan partai Islam, sementara Rhoma Irama mencintai partai Islam. Dalam beberapa kesempatan Fadli Zon menyampaikan kekecewaan terhadap partai Islam selepas kegagalan bertarung dalam memerebutkan jabatan Ketua Umum Partai Bulan Bintang (PBB). Pada tahun 2000, sehabis muktamar PBB, Fadli Zon keluar dari PBB. Lalu tiba-tiba pada 2008 Fadli Zon membentuk Gerindra sebagai partai nasionalis yang jauh dari akar semula Fadli Zon di PBB. Fadli Zon berjuang untuk kepentingan tuan besarnya yakni Prabowo Subianto.

Rhoma Irama memiliki keteguhan dalam bersikap untuk diri sendiri. Dalam setiap kesempatan konsistensi Rhoma Irama - baik dalam beragama maupun dalam berkeseniaan, Rhoma terkenal dengan segala pembelaan terhadap ajaran agama yang kental. Sekali lagi dalam berpartai pun Rhoma Irama konsisten membela partai berbasis massa Islam. Rhoma Irama berjuang untuk diri sendiri. Yang menjadi tuan bagi Rhoma Irama adalah dirinya sendiri.

Kini Fadli Zon dan Rhoma Irama tengah mengadu nasib. Fadli Zon tengah tartatih tatih mencari partai Islam - yang dikatakan mengecewakan Fadli Zon - untuk berkoalisi mendukung tuannya yakni Prabowo sebagai capres. Sementara Rhoma Irama dengan sangat yakin mendekati semua politikus PKB, Golkar, PPP dan semua eksponen demi memuluskan usaha dirinya menjadi capres dan cawapres.

Upaya Fadli Zon ini tentunya menjadi catatan bagi para sesepuh partai yang mencatat setiap sepak terbang masa lalu Fadli Zon yang anti perubahan - dengan menjadi eksponen pendukung status quo, sementara para mahasiswa berjibaku melawan rezim Soeharto.

Catatan ini tak akan dilupakan oleh banyak orang. Dari sisi nasionalis, Fadli Zon dianggap hijau. Dari sisi partai Islam, Fadli Zon dianggap bukan nasionalis sejati karena bekas orang PBB yang dulu memerjuangkan syariat Islam. Para kiai Langitan pun mencatat sepak terjang Fadli Zon sehingga partai Islam tak berminat berkoalisi dengan Prabowo.

Sumber internal PPP menyebutkan, bahwa salah satu alasan ditariknya dukungan PPP oleh Kiai Mbah Mun adalah sepak terjang kampanye Fadli Zon yang tidak islami, tidak sopan, dan tidak bermartabat dengan berbagai macam puisi yang menghina para capres lain terutama Jokowi. Para kiai Langitan meredakan pro-kontra dukungan terhadap Prabowo di kalangan pemilih muslim dengan mencabut dukungan SDA pada Gerindra. Semua itu karena sosok Fadli Zon sebagai komunikator partai yang dianggap gagal oleh para kiai Langitan dalam membangun komunikasi politik islami yang sejuk.

Sementara itu, justru sikap konsistensi Rhoma Irama pun patut diacungi jempol dan catatan ini tak akan membuat catatan negatif. Bahkan dukungan kepada Rhoma Irama pun tetap mengalir dari para kiai dan tak ada kiai langitan yang bersuara sumbang terhadap Rhoma Irama.

Jadi kita akan lihat Rhoma Irama akan menjadi salah satu menteri dalam kabinet mendatang. Dan, Fadli Zon yang tetap berpuisi dengan aneka puisi yang mengecam banyak orang akibat kegagalan capres Prabowo maju dalam pilpres 2014. Akankah Fadli Zon disalahkan dan bahkan dipukuli oleh Prabowo terkait kegagalan ini? Semoga tidak ya.

Salam bahagia ala saya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun