Mohon tunggu...
Ninoy N Karundeng
Ninoy N Karundeng Mohon Tunggu... Operator - Seorang penulis yang menulis untuk kehidupan manusia yang lebih baik.

Wakil Presiden Penyair Indonesia. Filsuf penemu konsep "I am the mother of words - Saya Induk Kata-kata". Membantu memahami kehidupan dengan sederhana untuk kebahagian manusia ...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kisah Primadona Ronggeng Nyi Sadea dan Terowongan Lampagan

20 Januari 2015   00:29 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:48 4959
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_365136" align="aligncenter" width="300" caption="Terowongan Lampagan(Foto Ninoy N Karundeng)"][/caption]

Tahun 1882. Kisah Ronggeng Nyi Dedeh dan bintang penari cantik Ronggeng Nyi Sadea jauh melampaui kisah mereka sebagai penari ronggeng. Itulah malam pesta peresmian Perkebunan Teh Gunung Manik. Tahun itu menandai pembangunan rel kereta api Sukabumi menuju Bandung melewati Cianjur telah rampung. Terowongan Lampagan sepanjang 687 meter.

Malam itu, pesta tengah berlangsung sejak sore hari. Tetamu berdatangan dengan pakaian terbaik. Para pejabat Hindia Belanda dari Batavia dan Priyangan pun datang. Gubernur Hindia Belanda Cornelis Pijnacker Hordijk pun telah hadir. Bupati R.A.A. Prawiradireja pun telah datang. Bupati Priangan atau Cianjur didampingi oleh salah satu anak perempuan dari selir bernama Neng Ila.

Kedatangan Gubernur Jenderal dan Bupati serta Regent menjadi daya tarik dan sorotan rakyat yang hanya melihat dari luar pagar panggung berjarak sekitar 100 meter. Hanya kepala dusun yang diundang dalam pesta itu. Mereka pun diduk di barisan paling belakang di dekat pagar pembatas tempat rakyat berdiri menonton.

Pelita dan lampu berwarna kuning dan merah menghiasi panggung yang menjadi daya tarik warga desa yang mengenakan sarung sebagai penutup dinginnya malam. Itulah kali pertama warga desa di sekitar perkebunan melihat bola lampu litrik.

Di panggung yang didirikan di depan kursi-kursi undangan para pejabat dan orang penting Hindia Belanda, tarian meliuk penari Ronggeng Nyi Sadea dan Nyi Dedeh serta beberapa penari ronggeng lain menghibur penonton dan tetamu.

Lampu berwarna-warni menghiasi panggung dan lokasi pesta. Tabuhan gamelan meningkahi liukan tarian ronggeng Nyi Sadea yang menjadi primadona tari ronggeng pada masa itu. Nyi Sadea sangat terkenal selain muda dan cantik dengan wajah Indo, Nyi Sadea juga pandai berbahasa Belanda. Itulah yang semakin membuat Nyi Sadea popular di kalangan warga kelas atas Hindia Belanda.

Pesta itu menyuguhkan berbagai makanan Eropa; juga snack khas Belanda. Tak ketinggalan makanan olahan variasi Eropa-lokal pun disuguhkan seperti lemper, pisang goreng keju, dan Klappertart. Menu utama babi guling pun disuguhkan. Di meja berbentuk bulat terjejer rapi gelas piala yang berisi anggur merah dan anggur putih; selain bir merek Heineken yang tengah naik daun yang perusahaannya didirikan pada tahun 1864 di Amsterdam, Negeri Belanda.

Malam makin larut. Rakyat yang berdiri meninton satu-satu mulai surut pulang ke kampung karena udara dingin dan gerimis mulai menusuk. Nyi Dedeh dan Nyi Sadea masuk ke kamar ganti di belakang panggung. Nyi Sadea telah berganti baju rok terusan merah setinggi lutut. Sementara Nyi Sadea

Tiba-tiba ada seorang opsir Belanda berdarah Ambon menyampaikan pesan untuk Nyi Sadea.

"Nyi Sadea, de heer Philip wil je zien. Tuan Philip ingin bertemu di belakang rumah!" kata opsir berdarah Ambon itu dalam bahasa Belanda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun