Mohon tunggu...
nino indrianto
nino indrianto Mohon Tunggu... Dosen - Dosen IAIN Jember

Dosen IAIN Jember

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Meraih Takwa di Bulan Zulhijah

24 Juli 2020   10:33 Diperbarui: 24 Juli 2020   10:49 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Puasa Arofah dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun akan datang. Puasa Asyuro (10 Muharram) akan menghapuskan dosa setahun yang lalu." (HR. Muslim no. 1162).

Amal puncak pada bulan Dzulhijjah adalah berkurban. Kurban berasal dari kata qaruba artinya dekat. Jadi kurban adalah upaya untuk mendekatkan pada sesuatu yang diinginkan. Tidak ada kesuksesan dan keberhasilan tanpa pengorbanan. Sebagaimana seorang pelajar jika ia ingin berprestasi dia harus berkorban biaya, tenaga, waktu untuk belajar. Dulu Para pejuang dan pahlawan bangsa untuk meraih kemerdekaan juga berkorban harta, raga bahkan jiwa.

Sedangkan kurban dalam istilah syara' adalah menyembelih udhiyah binatang sembelihan kambing, sapi, unta pada hari nahar yaitu hari raya Idul Adha dan hari tasyrik dalam rangka bertaqarrub mendekatkan diri kepada Allah SWT. Karena Taqwa merupakan kesuksesan yang paling utama. Hanya dengan taqwalah kita akan meraih kebahagian dunia-akhirat

Dalam ibadah kurban, fisiknya hewan yang disembelih, tetapi hakikatnya kurban ialah wujud pengorbanan, ketaatan, pengabdian diri sepenuh hati kepada Allah SWT. Yang kita sembelih memang hewan tetapi hakikatnya kita sedang menyembelih sifat-sifat kebinatangan yang ada pada diri kita seperti egois, kikir, tamak, nafsu,  dan sebagainya.

Secara fisik ibadah Kurban ialah berkorban materi atau seekor hewan. Namun, lebih dari itu secara ruhani berkurban hakikatnya melawan hawa nafsu yang bisa menghalangi kita meraih taqwa yaitu kedekatan dengan Allah SWT.

Oleh karena itu Rasullullah mengultimatum orang-orang yang mampu tetapi tidak mau berkurban untuk tidak mendekati masjid dimana rasulullah dan orang-orang beriman shalat di dalamnya. Karena pada hakikatnya hati mereka telah jauh dari Allah SWT.

Juga hadis riwayat Imam Ahmad dan Ibnu Majah dari Abu Hurairah, Nabi Saw. bersabda;

"Barangsiapa mendapatkan kelapangan tetapi tidak berkurban, maka janganlah dia mendekati tempat salat kami."

Berkurban sejatinya adalah wujud sukur kita kepada Allah karena Allah telah memberikan nikmat yang banyak kepada kita berupa harta, keluarga, kesehatan dan nikmat-nikmat yang lainnya. Maka ketika Allah memerintahkan kita untuk berkurban terlebih dahulu Allah mengingatkan akan karunianya yang banyak yang telah diberikan kepada kita. Allah berfirman.
   
 "Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkurbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus dari rahmat Allah" (QS Al-Kautsar: 1-3).

Semoga Allah memberikan kita rezki dan kemampuan untuk dapat berkurban pada tahun ini. Dan kita juga berdo'a semoga Allah menerima kurban kita dan memberikan ganti yang lebih baik atas harta yang telah kita kurbankan.. Aamiin... Ya Rabbal 'alamin....

Penulis adalah Dosen IAIN Jember

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun