Mohon tunggu...
suryaning bawono
suryaning bawono Mohon Tunggu... Ilmuwan - Dosen di Universitas Jember, Jawa Timur

Dr. Suryaning Bawono adalah peneliti dan dosen ekonomi di Universitas Jember dan STIE Jaya Negara Tamansiswa, Malang. Ia juga menjabat sebagai Direktur Keuangan di PT. Frost Yunior, Banyuwangi. Dr. Bawono dikenal atas penelitiannya tentang kapital manusia dan pertumbuhan ekonomi, serta memiliki berbagai publikasi terkenal dan penghargaan sebagai peneliti terbaik. Penelitiannya aktif terindex di Scopus, WOS, Google Scholar, ORCID, dan SINTA.

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Dampak Pandemi Covid -19 terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia

29 November 2024   05:47 Diperbarui: 2 Desember 2024   16:03 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Pendidikan adalah kunci untuk membuka ketahanan di masa krisis. Investasi dalam pembelajaran hari ini untuk masa depan yang lebih kuat dan adaptif." 

Pandemi COVID-19 telah menjadi salah satu krisis kesehatan terbesar yang pernah terjadi dalam sejarah modern. Virus ini pertama kali terdeteksi di Wuhan, Tiongkok pada akhir 2019, dan dengan cepat menyebar ke seluruh dunia. Penyebarannya yang cepat memaksa negara-negara untuk mengambil tindakan drastis guna mengekang laju penularan. Kebijakan seperti karantina wilayah (lockdown), pembatasan perjalanan, dan penerapan protokol kesehatan yang ketat menjadi hal yang lazim diberlakukan di banyak negara (pojokjakarta.com, 2023). Situasi ini tidak hanya memengaruhi kesehatan masyarakat global tetapi juga memberikan dampak yang signifikan terhadap perekonomian global.

Ekonomi global mengalami guncangan besar akibat pandemi. Banyak negara menghadapi kontraksi ekonomi yang tajam sebagai dampak dari penurunan aktivitas ekonomi dan gangguan pada rantai pasokan global. Sektor-sektor seperti pariwisata, penerbangan, dan ritel merasakan pukulan yang sangat keras akibat pembatasan perjalanan dan penurunan konsumsi. Negara-negara berkembang yang bergantung pada ekspor komoditas dan penerimaan pariwisata mengalami tekanan yang luar biasa. Sementara itu, negara-negara maju juga tidak luput dari dampaknya, dengan angka pengangguran yang meningkat tajam dan pertumbuhan ekonomi yang stagnan.

Pandemi ini juga memaksa pemerintah di seluruh dunia untuk mengeluarkan paket stimulus ekonomi yang besar guna menyelamatkan perekonomian nasional mereka. Kebijakan fiskal dan moneter yang agresif diterapkan untuk menyediakan dukungan finansial bagi individu dan bisnis yang terdampak. Namun, meskipun upaya ini berhasil meredam dampak terburuk dari krisis, banyak negara yang masih menghadapi tantangan besar dalam upaya pemulihan ekonomi pasca-pandemi.

Fokus artikel ini adalah untuk mengkaji dampak pandemi COVID-19 terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Indonesia, sebagai negara dengan ekonomi terbesar di Asia Tenggara, mengalami dampak yang signifikan dari pandemi ini. Artikel ini akan membahas dampak langsung pandemi terhadap ekonomi Indonesia, termasuk penurunan aktivitas ekonomi, peningkatan angka pengangguran akibat PHK massal, serta pelemahan sektor pariwisata dan industri terkait lainnya.

Dampak Langsung Pandemi pada Ekonomi

Pandemi COVID-19 menyebabkan penurunan aktivitas ekonomi yang tajam di Indonesia. Saat pemerintah memberlakukan kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) untuk mengendalikan penyebaran virus, banyak bisnis terpaksa menutup operasi mereka. Penutupan bisnis ini berdampak langsung pada penurunan produksi dan konsumsi, yang pada gilirannya menyebabkan kontraksi ekonomi. Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal kedua 2020 mengalami kontraksi sebesar 5,32% dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya.

Peningkatan angka pengangguran menjadi salah satu dampak langsung lainnya dari pandemi ini. Banyak perusahaan yang tidak mampu bertahan menghadapi tekanan finansial akibat penurunan pendapatan terpaksa melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) massal. Menurut laporan Kementerian Ketenagakerjaan, jumlah pengangguran terbuka di Indonesia meningkat menjadi 9,77 juta orang pada Agustus 2020, naik dari 7,05 juta orang pada periode yang sama tahun sebelumnya. Peningkatan angka pengangguran ini memberikan tekanan tambahan pada perekonomian, karena mengurangi daya beli masyarakat dan meningkatkan tingkat kemiskinan.

Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor yang paling terpukul oleh pandemi. Indonesia, yang dikenal dengan keindahan alam dan budayanya, mengalami penurunan tajam dalam jumlah wisatawan mancanegara. Pembatasan perjalanan internasional dan domestik membuat industri pariwisata hampir berhenti total. Data dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menunjukkan bahwa jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Indonesia pada tahun 2020 hanya sekitar 4,02 juta, turun drastis dari 16,1 juta pada tahun 2019. Penurunan ini tidak hanya berdampak pada hotel dan restoran, tetapi juga pada usaha kecil dan menengah yang bergantung pada industri pariwisata.

Industri terkait lainnya, seperti transportasi dan perhotelan, juga merasakan dampak yang berat. Maskapai penerbangan mengalami penurunan tajam dalam jumlah penumpang, sementara hotel-hotel mengalami penurunan tingkat okupansi yang signifikan. Pengurangan aktivitas bisnis dan perjalanan juga berdampak pada sektor transportasi darat dan laut, mengurangi volume logistik dan mobilitas orang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun