Mohon tunggu...
suryaning bawono
suryaning bawono Mohon Tunggu... Ilmuwan - Dosen di Universitas Jember, Jawa Timur

Dr. Suryaning Bawono adalah peneliti dan dosen ekonomi di Universitas Jember dan STIE Jaya Negara Tamansiswa, Malang. Ia juga menjabat sebagai Direktur Keuangan di PT. Frost Yunior, Banyuwangi. Dr. Bawono dikenal atas penelitiannya tentang kapital manusia dan pertumbuhan ekonomi, serta memiliki berbagai publikasi terkenal dan penghargaan sebagai peneliti terbaik. Penelitiannya aktif terindex di Scopus, WOS, Google Scholar, ORCID, dan SINTA.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cahaya di Ujung Lorong

27 November 2024   16:04 Diperbarui: 27 November 2024   16:08 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Tuntutan Masa , Sumber: Pojokjakarta.com

"Bagaimana caranya, Arif? Pak Hadi sangat berkuasa," kata Budi, salah seorang petani.

"Kita harus bersatu. Jika kita semua berhenti bekerja, Pak Hadi tidak akan punya pilihan lain selain memenuhi tuntutan kita," jawab Arif dengan yakin.

Mereka sepakat bahwa sudah waktunya untuk melawan ketidakadilan ini. Dengan tekad yang kuat, Arif memimpin sekelompok petani untuk mengadakan pemogokan. Mereka menuntut upah yang layak dan jam kerja yang manusiawi. Pemogokan ini mendapat perhatian dari media dan organisasi masyarakat sipil. Dukungan mengalir dari berbagai penjuru, membuat Pak Hadi tidak punya pilihan lain selain memenuhi tuntutan para petani.

Pak Hadi mencoba membujuk mereka dengan iming-iming janji manis. "Arif, kamu harus mengerti, menjalankan bisnis ini tidak mudah. Aku juga punya banyak tanggungan."

"Tanggung jawab Anda adalah memberi kami upah yang layak, Pak Hadi. Kami sudah terlalu lama diperlakukan tidak adil," jawab Arif tanpa ragu.

Akhirnya, Pak Hadi menyerah dan memenuhi tuntutan para petani. Mereka mendapatkan upah yang layak dan jam kerja yang manusiawi. Namun, perjuangan Arif tidak berhenti di situ. Ia menyadari bahwa untuk mengubah nasib para petani, diperlukan perubahan sistemik.

Arif mulai mengadvokasi reforma agraria, di mana tanah yang luas harus dibagikan kepada para petani kecil. Perjuangan ini tidak mudah, menghadapi banyak tantangan dari pihak-pihak yang berkepentingan dengan status quo.

Pada suatu siang yang terik, Arif mengadakan pertemuan dengan para petani dan aktivis di balai desa. Suasana ruangan penuh dengan semangat dan harapan.

"Kita harus memperjuangkan hak kita, tidak hanya untuk diri kita sendiri, tetapi juga untuk generasi mendatang," kata Arif dengan penuh semangat. "Reforma agraria adalah kunci untuk keluar dari kemiskinan ini."

"Saya setuju, Arif," sambut Budi. "Tapi, bagaimana cara kita menghadapi para pemilik tanah besar yang pasti akan melawan?"

Arif tersenyum dan menepuk bahu Budi. "Kita akan melakukannya dengan cara yang damai dan terorganisir. Kita akan menggalang dukungan dari masyarakat luas, media, dan organisasi non-pemerintah. Kita harus membuat suara kita didengar."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun