Bisa memicu hilangnya rasa percaya diri contohnya ketika teman anda mengunggah kebahagiaan dan kemewahan sehingga menimbulkan rasa kurang percaya diri karena membandingkan hidupnya dengan orang lain dengan dirinya, rasa tidak berharga serta iri hati yang ujung-ujungnya akan membuat depresi dan mengalami gangguan mental.Â
Menimbulkan kecanduan awalnya menggunakan media sosial hanya sebatas hiburan, mengisi luang waktu, dan mengatasi kebosanan namun seiring berjalannya waktu akan menimbulkan rasa ketagihan bahkan merasa kurang bahan merasa cemas jika tidak membuka media sosial dalam sehari. Dapat memicu terjadinya cyberbullying media sosial dapat memberikan kesempatan kepada individu untuk memulai atau menyebarkan isu-isu berbahaya dan menggunakan kata-kata kasar yang dapat meninggalkan luka emosional yang bertahan lama bagi orang lain.Â
 Para remaja umumnya menjadikan media sosial sebagai pembanding diri dan orang lain. Hal ini dapat merusak citra kurang percaya diri yang sehat. Banyak perempuan merasa penampilannya buruk saat melihat penampilan orang-orang di media sosial. Tantangan terbesar buat orang tua zaman sekarang adalah memastikan anak-anak remaja menggunakan media sosial secara positif, seringkali pola konsumsi media sosial pada anak-anak dan remaja justru menyontoh orang tuanya. Ketika orang tua lebih banyak menghabiskan waktu di gadget dan jarang mengajak anaknya terlibat dalam aktivitas atau interaksi di dunia nyata, maka anak-anak akan lebih banyak menghabiskan waktu di dunia online.Â
 Untuk mengurangi dampak penggunaan media sosial pada kesehatan mental masyarakat. Harus lebih meningkatkan pemahaman masyarakat tentang dampak negatif media sosial pada kesehatan mental agar mereka dapat membuat keputusan yang lebih baik. Menggunakan media sosial secara bijak, seperti membatasi waktu online, penggunaan media sosial.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H