"ngene, kabeh kegiatan nganggo coro kuno, kirim surat ditulis tangan, terus di poske".
(begini, semua kegiatan menggunakan cara lama, menulis surat dengan tulisan tangan kemudian di poskan).
"weh, yen arep kirim proposal gawean terus piye?"
(weh, kalau mau membuat proposal terus bagaimana?")
" yo ditulis tangan, terus di poske, mesakke saiki ora ono tukang pos sing mondar-mandir ngarep omah, mbiyen aku sak keluarga dikenal lho karo pak pos sing bertugas", ucapnya sambil tertawa.
Jika kita menyimak, obrolan diatas, saya jadi membayangkan betapa tenang, dan kekeluargaan sekali hidup pada masa itu. Tidak ada ketakutan whatsapp kita di sadap atau akun media sosial kita di hack. Tidak melihat atau mendengar tentang perundungan dimana-mana juga tindak kriminal lainnya.
Tingkat kesopanan yang dijunjung tinggi, bahkan untuk sekedar menatap mata kedua orang tua kita saja, kita tidak berani. Kata ah, ih ataupun eh yang ditujukan untuk orangtua kita juga minim sekali terdengar. Â Andai kehidupan seperti itu bisa berjalan berdampingan dengan kehidupan saat ini, mungkin yang namanya kekerasan bisa terminimalisir.Â
Mungkin juga karena sekarang kuda udah berani minta sepatu kuda sebagai alas kaki, supaya terdengar sexy dan tidak sakit saat berjalan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H