Semalam saya berbicara dengan seorang anak perempuan dengan di temani seorang wanita dan 2 orang laki-laki. Perkenalan singkat pun terjadi, karena saya tidak mengenal siapa mereka, saya meminta pasangan hidup saya untuk menemani.Â
" Siapa nama kamu, cantik?' tanya saya.
" Lily, kak", jawabnya.
" Usia berapa, sayang? Masih muda banget ya?" (karena yang biasa ke tempat saya usia diatas 40 tahun.
" Baru mau 18 tahun, kak", ucapnya.
Remaja putri ini duduk dengan gelisah, sementara wanita yang duduk diseberangnya menundukkan wajahnya. Saya melihat mereka memiliki kemiripan wajahnya.
"Maaf kakak boleh tanya, ini mamanya, cantik?" tanya saya lagi.
Tetapi remaja putri itu diam, dan tiba-tiba menitikkan airmata. Sedih, kecewa dan amarah terlihat menggores raut wajahnya.
Saya sentuh punggung tangan kanannya sambil berkata," Apa yang ada di hati, dikeluarkan aja. Kakak ga keberatan kok dengerin uneg-unegnya," ujaarku tersenyum.
Singkat cerita Lily pun bercerita bahwa dia merasa kecewa terhadap kedua orang tuanya. Karena selama ini merasa terbebani oleh aturan-aturan yang diterapkan.Â
Curhatan pun mengalir lancar, Lily bisa mengungkapkan rasa di hatinya dan begitu juga dengan kedua orangtuanya. Awalnya, mereka tidak mau bertatapan, kemudian saling menatap penuh kemarahan, kekecewaan dan kesedihan. Beradu mata merke bertiga. Saya yang melihat sempat "waduh, perang nih".