Mohon tunggu...
Ninin Rahayu Sari
Ninin Rahayu Sari Mohon Tunggu... Jurnalis - https://nininmenulis.com

Former Journalist at Home Living Magazine n Tabloid Bintang Home - Architecture Graduate - Yoga Enthusiast - Blogger at www.nininmenulis.com - Coffee Addict - Morning Person

Selanjutnya

Tutup

Nature

Adhitya Putra Lanae, yang Muda yang Peduli Perubahan Iklim

8 September 2023   10:14 Diperbarui: 10 September 2023   10:33 553
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Foto: Dok. Adhitya Putra Lanae
Foto: Dok. Adhitya Putra Lanae


Hingga kini sudah lebih dari 50 workshop diadakan di beberapa daerah di Indonesia, seperti Jakarta, Tangerang, Bogor, Jambi, Nusa Tenggara Timur, Bali, Surabaya, Bandung, Menado, Medan, Nusa Tenggara Barat, dan Semarang dilakukan Climate Institute untuk menyadarkan akan pentingnya menjaga lingkungan. "Khususnya di wilayah Jabodetabek, dalam sebulan Climate Institute bisa memberikan workshop hingga 2-3 kali," tambah Adhit.

Untuk menyuarakan kepedulian lingkungan secara lebih luas lagi, Climate Institute juga bekerja sama dengan beberapa NGO dan LSM, komunitas lokal, lembaga pemerintah di bawah Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia, lembaga-lembaga pemerhati lingkungan, hingga partai politik. Semua ini dilakukan sebagai upaya untuk memberikan solusi kehidupan yang lebih baik. "Karena ingin suara kami didengar, saya juga bekerjasama dengan komunitas dari sayap-sayap partai di Indonesia yang juga konsen masalah lingkungan," tutur Adhit.

Dalam menyuarakan kepeduliannya dengan perubahan iklim, dalam setiap kegiatan yang dilakukan Climate Institute selalu memberikan tema-tema menarik yang nantinya dapat menarik minat para generasi muda, seperti Youth Climate Camp, Climate Day di kampus-kampus, Climate Week, Climate Action, Climate Influencer, Climate Blogger, serta Climate Vlogger dengan mendatangkan para ahli atau ilmuwan lingkungan juga tokoh penting untuk menjadi narasumber. "Tantangannya bagaimana membuat mereka tertarik hadir. Seperti saat mengadakan penanaman pohon bakau di salah satu pesisir pantai Semarang, Climate Institute sampai menyediakan panggung hiburan dangdut," seru Adhit.

Mulai dari Ubah Perilaku
Meskipun kini tinggal dua orang pendiri yang aktif, Climate Institute telah mencetak ratusan alumni dari workshop dan seminar yang telah dilakukan di beberapa daerah. Mereka pun memiliki ratusan volunteer yang selalu membuka peluang terhadap komunitas baru, mengedukasi, dan melakukan aksi nyata dalam mengatasi permasalahan lingkungan dan perubahan iklim.

Foto: Dok. Adhitya Putra Lanae
Foto: Dok. Adhitya Putra Lanae


Menarik minat dan kepedulian anak muda dengan masalah lingkungan tidak semudah yang dibayangkan. Nyatanya masih banyak anak muda yang kurang paham bagaimana menjaga lingkungan. Bagi Adhit, "menarik rasa keingintahuan mereka sama sulitnya dengan mengubah perilaku itu sendiri." Sebagian dari mereka disibukan urusan ekonomi, sedangkan sebagian lagi tidak peduli bahwa sekecil apapun kontribusi yang dilakukan dapat memberikan dampak yang besar. "Yuk kita mulai dari hal yang paling kecil, misalnya buang sampah pada tempatnya," ajak Adhit.

Sebagai paru-paru dunia dengan hutan terbesar nomor dua di dunia, di sisi lain Indonesia justru memiliki kota-kota besar dengan tingkat polusi berbahaya tertinggi di dunia. Sungguh hal yang sangat disayangkan. Seperti yang dikatakan Adhit bahwa kesadaran akan kepedulian lingkungan itu tidak berbanding lurus dengan tingkat perekonomian dan pendidikan seseorang.

"Untuk itulah diperlukan peran serta dari semua pihak. Mulai peran masyarakat, komunitas lingkungan, hingga pemerintah sebagai pemegang kebijakan," sambung Adhit. Tidak seperti yang terjadi saat ini dimana beberapa pihak saling lempar kesalahan karena tingkat polusi yang tinggi.

Daripada saling menyalahkan, Adhit mengajak kita semua untuk mengubah perilaku mulai dari hal terkecil yang dapat kita lakukan, misalnya dengan membuang sampah pada tempatnya, naik transportasi publik, tidak menggunakan kemasan plastik sekali pakai, dan lain sebagainya. "Pemerintah juga perlu meninjau kebijakan yang terkait dengan lingkungan, khususnya mengenai renewable energy. Sehingga di masa depan tidak ada lagi kasus tingkat polusi tinggi seperti sekarang," ujar pria lulusan Hubungan Internasional FISIP-UI ini.

Sebelum mengakhiri perbincangan, Adhit berharap melalui Climate Institute semakin banyak pihak yang tersentuh turut peduli lingkungan dan perubahan iklim. "Saya berharap kedepannya, Climate Institute tidak hanya mengedukasi masyarakat tetapi lebih besar dari itu dapat mengedukasi usaha-usaha yang turut andil dalam merusak lingkungan."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun