Tidak puas menempatkan satu taman kering, Sontang M. Siregar menaruh satu lagi taman kering di bagian belakang rumah yang menjadi pemisah dengan area service.
Di area service ini terdapat ruang-ruang seperti dapur, gudang, area cuci jemur, kamar mandi, dan kamar tidur pembantu. Dari sini terlihat kepiawaian Sontang dalam menyusun tatanan ruang di rumah satu lantai ini.
Sempat timbul pertanyaan di benak aku, apakah Sontang M. Siregar tidak takut dua taman kering di tengah bangunan justru akan merusak dinding dan struktur rumah mengingat curah hujan di kota Bogor termasuk tinggi? Rupanya pengalaman sangat berbicara dalam desain arsitek lulusan Universitas Trisakti ini.
Sontang M. Siregar tidak takut untuk mengekspos dinding rumah, Sontang pun bahkan membiarkan taman kering tanpa tritisan atap karena semua material di sekitar taman kering mulai dari cat hingga kusen sudah dipilihkan yang tahan terhadap terpaan cuaca langsung.
Dan aku menyaksikan sendiri taman kering ini tidak banjir sedikitpun saat hujan berintensitas tinggi di awal tahun 2020 lalu.
Mengamati B7 House secara menyeluruh tidaklah membutuhkan waktu yang lama mengingat rumah ini hanya berada di lahan seluas 141 meter tersegi, namun merasakan kenyamanan berada di dalamnya sempat membuat khayalan aku melambung, 'andaikan rumah ini aku miliki'.Â
Iya, siapapun yang berkunjung kemari terutama kaum millennial pasti akan mengkhayalkan hal yang sama dengan aku. Menurut aku itu wajar mengingat seluruh desain dan detail yang disajikan Sontang M. Siregar sangat millennial, sangat aku sekali.
Eits, 'Pucuk Dicinta, Ulam Tiba', oleh pemiliknya yang tinggal hanya berjarak beberapa rumah, B7 House tidak menutup kemungkinan dijual bagi yang tertarik membeli. Meskipun masih ada beberapa detail arsitektur yang ditambahkan oleh Sontang M. Siregar ternyata sudah banyak yang tertarik dengan desain B7 House.Â
Siapa pun yang membeli rumah ini pastilah orang yang sangat beruntung, selain mendapatkan rumah tinggal tempat berteduh yang nyaman dan bebas banjir juga mendapatkan salah satu masterpiece karya seorang peraih IAI Award 2011 dan 2012. Apakah Anda sama tertariknya dengan aku?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H