Mohon tunggu...
Ninin Rahayu Sari
Ninin Rahayu Sari Mohon Tunggu... Jurnalis - https://nininmenulis.com

Former Journalist at Home Living Magazine n Tabloid Bintang Home - Architecture Graduate - Yoga Enthusiast - Blogger at www.nininmenulis.com - Coffee Addict - Morning Person

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Mengunjungi Rumah Milenial Karya Peraih IAI Award 2011 dan 2012 di Bogor

26 Februari 2020   15:14 Diperbarui: 27 Februari 2020   12:55 3307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tampak depan B7 House (Foto: Adon Amrin)

Ke mana Anda biasa traveling atau jalan-jalan singkat? Puncak, Ancol, Kebun Binatang Ragunan, atau ke obyek rekreasi lainnya? Nah, jalan-jalan singkat aku ini agak berbeda dan ternyata bermanfaat menggugah kembali naluri seorang arsitek yang telah lama aku tinggalkan. 

Yups, jalan-jalan kali ini mengunjungi salah satu rumah yang didesain oleh peraih IAI Award 2011 dan 2012 untuk kategori rumah dengan luas di bawah 200 meter persegi di kota Bogor, Jawa Barat.

Siapa sih Sang Peraih IAI Award 2011 dan 2012 itu? Dia adalah Sontang M. Siregar. Sebelumnya karya-karya Sontang, demikian dia disapa hanya aku saksikan melalui majalah atau internet, tetapi kali ini aku saksikan sendiri satu dari sekian banyak karya rumah tinggal yang didesainnya. 

Karya rumah tinggal dari Sontang lebih ke desain rumah yang menggunakan sedikit detail namun memiliki banyak fungsi di dalamnya. Minimalis dan fungsional, sebuah karya yang cocok untuk saat ini di tengah keterbatasan lahan tinggal.

Karya Sontang M. Siregar kali ini bernama B7 House dan berlokasi di Tanah Sareal, Kota Bogor, Jawa Barat. 

Untuk mencapainya tidak terlalu sulit mengingat lokasi rumah berada di dalam perumahan lama yang telah dilengkapi dengan berbagai fasilitas umum seperti rumah sakit, mal, rumah ibadah, sekolah, kampus, dan akses ke  jalan layang tol Bogor Outer Ring Road yang melintas di depan perumahan. 

Uniknya, berada di dalam perumahan lama dan dikelilingi rumah-rumah konvensional yang pernah hits di jamannya justru menjadikan B7 House 'anomali' di antara rumah tinggal lainnya. 

Meskipun bagi penduduk yang melewati rumah ini terlihat seperti kantor, praktek dokter, bahkan gudang, tapi bagi aku B7 House justru tampak menarik dan mudah dikenali.

B7 House karya Sontang M. Siregar ini memiliki fasad yang diwarnai putih seluruhnya. Hanya pintu bermotif kayu sebagai entrance ke dalam dan jendela berkusen almunium yang menghiasi tampilan depannya semakin mencirikan karya desain seorang Sontang M. Siregar yang sederhana, fungsional, dan efisien. 

Tak ada list atau ornamen 'tak penting' di depannya namun sudah mencirikan rumah yang nyaman untuk ditinggali. Bagi generasi millennial seperti aku, desain seperti ini sangat disukai karena sudah jelas akan low maintenance, tidak perlu ada budget khusus yang dikeluarkan untuk perawatan.

Ruang dalam B7 House (Foto: Yudi DH)
Ruang dalam B7 House (Foto: Yudi DH)

Saat datang pertama kali, B7 House terlihat sebagai rumah mungil dengan lebar hanya 6 meter, tetapi setelah masuk ke dalam, wow, banyak ruang-ruang utama di lahannya yang 23 meter memanjang ke belakang.

Selidik punya selidik dan hasil kekepoan aku bertanya dengan pemiliknya, ternyata rumah yang memiliki luas bangunan kurang lebih 105 meter persegi ini merupakan hasil renovasi dari rumah sebelumnya yang memiliki desain khas pertengahan 1980-an.

Sebagai lulusan Arstitektur, aku tahu benar bahwa merenovasi sebuah rumah tidaklah semudah membangun baru. Bagiku Sontang M. Siregar sukses melakukannya di B7 House ini.

Untuk mendapatkan susunan ruang seperti saat ini, Sontang M. Siregar harus merubah denah awal yang oleh pemiliknya, demi mendapatkan banyak ruangan nyaris menghabiskan seluruh lahan.

Akibatnya, wajah B7 House sebelum direnovasi Sontang M. Siregar tampak gelap bahkan di siang hari dan sirkulasi di dalam ruangan pun terasa sangat kurang.

Untuk proses renovasinya dilakukan Sontang M. Siregar kira-kira setahun yang lalu. Tidak banyak perubahan layout ruang yang di desain Sontang.

Dinding struktur utama yang berada di tengah bangunan selebar 6 meter tetap dipertahankan, tentu saja dengan komposisi ruang yang jauh lebih baik dari sebelumnya.

Bahkan Sontang bisa menyelipkan satu kamar mandi lagi di antara deretan kamar tidur yang posisinya di sisi kanan bangunan. Untuk menyiasati kurangnya pencahayaan dan sirkulasi yang menjadi kendala di bangunan awal, Sontang menempatkan dua void yanng berfungsi untuk memasukkan cahaya alami dan mengalirkan udara ke kamar mandi dan kamar tidur tersebut.

Kamar mandi di antara deretlan 3 kamar tidur (Foto: Yudi DH)
Kamar mandi di antara deretlan 3 kamar tidur (Foto: Yudi DH)

Jika pada sisi kanan bangunan berisikan deretan tiga kamar tidur dan kamar mandi, pada sisi lainnya atau di sisi kiri yang memiliki lebar 3 meter berisikan deretan ruang publik dan semi publik seperti ruang tamu sebagai ruang penerima, taman kering, ruang keluarga, ruang makan, dan dapur bersih.

Kehadiran taman kering yang memisahkan ruang penerima dengan ruang keluarga membuat suasana interior rumah terasa terang, jauh berbeda dengan kondisi rumah sebelum di renovasi.

Tidak puas menempatkan satu taman kering, Sontang M. Siregar menaruh satu lagi taman kering di bagian belakang rumah yang menjadi pemisah dengan area service.

Di area service ini terdapat ruang-ruang seperti dapur, gudang, area cuci jemur, kamar mandi, dan kamar tidur pembantu. Dari sini terlihat kepiawaian Sontang dalam menyusun tatanan ruang di rumah satu lantai ini.

Sempat timbul pertanyaan di benak aku, apakah Sontang M. Siregar tidak takut dua taman kering di tengah bangunan justru akan merusak dinding dan struktur rumah mengingat curah hujan di kota Bogor termasuk tinggi? Rupanya pengalaman sangat berbicara dalam desain arsitek lulusan Universitas Trisakti ini.

Sontang M. Siregar tidak takut untuk mengekspos dinding rumah, Sontang pun bahkan membiarkan taman kering tanpa tritisan atap karena semua material di sekitar taman kering mulai dari cat hingga kusen sudah dipilihkan yang tahan terhadap terpaan cuaca langsung.

Dan aku menyaksikan sendiri taman kering ini tidak banjir sedikitpun saat hujan berintensitas tinggi di awal tahun 2020 lalu.

Taman kering di dalam B7 House (Foto: Yudi DH)
Taman kering di dalam B7 House (Foto: Yudi DH)

Mengamati B7 House secara menyeluruh tidaklah membutuhkan waktu yang lama mengingat rumah ini hanya berada di lahan seluas 141 meter tersegi, namun merasakan kenyamanan berada di dalamnya sempat membuat khayalan aku melambung, 'andaikan rumah ini aku miliki'. 

Iya, siapapun yang berkunjung kemari terutama kaum millennial pasti akan mengkhayalkan hal yang sama dengan aku. Menurut aku itu wajar mengingat seluruh desain dan detail yang disajikan Sontang M. Siregar sangat millennial, sangat aku sekali.

Eits, 'Pucuk Dicinta, Ulam Tiba', oleh pemiliknya yang tinggal hanya berjarak beberapa rumah, B7 House tidak menutup kemungkinan dijual bagi yang tertarik membeli. Meskipun masih ada beberapa detail arsitektur yang ditambahkan oleh Sontang M. Siregar ternyata sudah banyak yang tertarik dengan desain B7 House. 

Siapa pun yang membeli rumah ini pastilah orang yang sangat beruntung, selain mendapatkan rumah tinggal tempat berteduh yang nyaman dan bebas banjir juga mendapatkan salah satu masterpiece karya seorang peraih IAI Award 2011 dan 2012. Apakah Anda sama tertariknya dengan aku?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun