Gelegar Halilintar Tengah Hari
Oleh: Ninik Sirtufi Rahayu
Sore itu aku sudah berdandan dengan baik berusaha agar terlihat lebih cantik. Mengenakan gaun yang lumayan bagus karena kupikir pasti akan menjadi moment spesial.
"Sedang otw," tulis  Rony di gawai membuat jantungku makin dag dig dug.
"Semoga kali ini menjadi acara paling manis dalam hidupku," harap-harap cemasku.
Betapa tidak? Ini adalah kali kedua ketika seseorang berjanji hendak menemui kedua orang tuaku, untuk memastikan hubungan kami. Kalau tiga tahun silam seseorang yang datang justru membatalkan niatnya, kali ini aku ingin sebaliknya. Rony kuharap memenuhi janjinya untuk memintaku menjadi istrinya. Itu saja.
***
"Dengan terlebih dahulu memohon maaf, khususnya kepada Mbak Rahma, kali ini Rony ingin jujur ...."
"Mbak? Kenapa dia memanggilku dengan sebutan Mbak?" batinku sedikit memberontak. "Apalagi, dia tidak ingin duduk bersebelahan denganku. Aneh!" Namun, aku hanya pasrah dan mengurungkan niat untuk memotong kalimatnya.
"Beberapa saat lalu, saya dan Dik Rahmi secara tidak sengaja bertemu di sebuah acara semacam young camp. Karena sudah saling kenal, Â kami menjadi satu kelompok. Berawal dari situlah, kami saling menyukai dan merasa cocok satu sama lain. Mohon maaf, saat ini Dik Rahmi sudah berbadan dua. Jadi, kedatangan saya ini hendak bertanggung jawab atas perbuatan kami ...."
"Apa?" aku tidak bisa menoleransi lagi.