"Nah, 'kan! Dunia ini begitu jahatnya ...," sebut Antonius sang Ketua Kelas.
"Eh, iya. Kudengar Angi pun harus pergi dari rumah saudaranya. Pasti nggak enak banget, ya ... tanpa orang tua!" bisik Joice.
"Iya, berbahagialah kita yang punya orang tua dan bisa membiayai pendidikan kita. Kasihan Angi ... kedua orang tua wafat. Biaya pendidikan untung ditanggung yayasan. Hanya ...." mata Angel menerawang.
"Hanya apa?" sahut Joice.
"Untuk dana hidup sehari-hari, ia harus pontang-panting cari kerjaan, Guys!"
Â
"Bagaimana ... kalau kita sisihkan sedikit uang saku buat uang jajan dia?" usul George hati-hati.
"Hmm ... ide bagus, tapi ... sebaiknya jangan ketahuan anaknya! Ntar yang ada malah menambah beban psikologisnya!" kata Angel.
"Iya, setuju. Mari kita galang dengan bisik berantai saja. Nanti tiba-tiba sudah terkumpul baru kita serahkan." Antonius ikut nimbrung.
"Kalau aku ... lebih setuju kita serahkan wali kelas saja. Siapa tahu ada ide dari beliau. Siapa tahu juga ada teman-teman kelas lain yang tergerak berdonasi," saran sang Ketua Kelas.
"Hmm, bagus! Setuju!" Anastasia angkat bicara.
"Aku juga sepakat!" sahut Inge. Â
"Ngomong-omong ... ke mana dia?" mata Inge mengedari seluruh kelas dan pelataran saat jam istirahat kedua itu.