Mohon tunggu...
Ninik Sirtufi Rahayu
Ninik Sirtufi Rahayu Mohon Tunggu... Penulis - Penulis novel: Damar Derana, Tresna Kulasentana, Centini, Gelang Giok, Si Bocil Tengil, Anyelir, Cerita Cinta Cendana, Rahim buat Suamimu, dll. Buku tunggal 29 judul, antologi berbagai genre 170 judul.

Masih terus-menerus belajar: menulis, menulis, dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jerit Jerat di Kelam Malam

19 November 2024   04:55 Diperbarui: 19 November 2024   05:00 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jerit Jerat di Kelam Malam
Oleh: Ninik Sirtufi Rahayu


"Ampuuunn, Pak! Ampuuunnn!" jerit tangis kudengar tengah malam buta.

Seperti malam-malam sebelumnya, saat terbangun tengah malam selalu kudengar jerit tangis membuat hati ini  miris.

"Ah, suara siapa, ya ...? Mengapa tiap terbangun tengah malam selalu kudengar jerit itu?" senandikaku di malam kelam sepi.

Jerit melengking itu membuatku berpikir negatif. Apalagi malam Jumat Paing yang konon dipercaya beraura magis dan mistis! Maka ... tak urung bulu kuduk pun berdiri. Merinding disko!

"Siapa teraniaya? Siapa penganiaya? Jangan-jangan ... ah," spekulasi liarku  melata ke mana-mana.

Kalau siang,  kampung ini tenang-tenang saja. Bahkan cenderung damai terasa. Namun, jika di tengah kelam malam senyap, mengapa selalu kudengar jerit semacam lolong serigala seperti itu? Haduuuhhh .... kelopak mata pun sulit terpejam kembali.

Dua purnama aku pindah ke desa ini karena tugas mengajar di sekolah swasta seyayasan dengan sekolah lamaku. Aku menempati sebuah kamar di lantai tiga, sebuah rumah paling asri di desa itu. Berdua dengan salah seorang teman wanita.

Ada beberapa penghuni selain aku sehingga rumah tampak regeng di siang hari. Akan tetapi, jarak antara rumah satu dengan yang lain cukup jauh. Tidak sepadat rumah-rumah di kota, tempatku mengabdi sebelumnya.

"Mbak ... beberapa malam kalau terbangun, kok kudengar jeritan suara perempuan meminta ampun, ya. Mbak dengar juga?" tanyaku pada Dian, teman satu indekos pada suatu pagi.

Dengan mata terbeliak, ia menelengkan telinga, "Apa? Benarkah?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun