"Terima kasih, Tuhan. Kesehatanku adalah anugerah-Mu semata," bisikku memasuki pelataran rumah.
"Selamat datang, Bu ... Ibu dibuatkan teh manis hangat atau wedang jahe?" tanya Mak Ijah, asisten rumah tangga.
Ia dan Paijo sopir pribadiku, pasangan suami istri.
"Wedang jahe saja, Mak! Sekalian ambil oleh-olehnya, ya! Kita coba kripik kentang dan kripik tempenya, Mak. Sajikan di meja makan saja!"
"Siap!" katanya  membungkuk santun.
Setelah bebersih diri, segera aku menuju meja makan. Mak Ijah telah menyiapkan makan malam dengan menu menggugah selera. Mujaer goreng, plecing kangkung, dan sambal terasi. Hmmm ... perut pun memberontak meminta isi.
***
Ketika keesokan harinya Pak Jo mengantarku ke tempat salah seorang kerabat, dia meminta waktu untuk berbicara. Kuajaklah makan di warung lesehan lumayan terkenal.
Aku memilih menu spesial kesukaan. Apalagi kalau bukan per-ikan-an hehe ... aku memilih gurami panggang, tumis kangkung, buah segar, dan juice alpukat.
"Anu, Bu ... maaf! Mau melapor," ujarnya santun sambil menunggu pesanan tiba.
"Ah, lapornya nanti sajalah. Makan dulu!" seruku seolah menepis seekor lalat.