Mohon tunggu...
Ninik Sirtufi Rahayu
Ninik Sirtufi Rahayu Mohon Tunggu... Penulis - Penulis novel: Damar Derana, Tresna Kulasentana, Centini, Gelang Giok, Si Bocil Tengil, Anyelir, Cerita Cinta Cendana, Rahim buat Suamimu, dll. Buku solo 29 judul, antologi berbagai genre 171 judul.

Masih terus-menerus belajar: menulis, menulis, dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Lika Liku Luka

11 Oktober 2024   01:35 Diperbarui: 11 Oktober 2024   01:39 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lika Liku Luka
Oleh: Ninik Sirtufi Rahayu

"Lidah memang tidak bertulang, tetapi ia bisa menjadi senjata ampuh paling memalukan, memilukan, dan mematikan. Karena itu, harus kita kekang dan kendalikan sedemikian rupa agar tidak menjadi binal, nakal, dan liar hingga bisanya bisa menyakiti dan sangat menyakitkan."
 -- Ninik Sirtufi Rahayu

"Pokoknya hari ini juga harus ditemukan! Silakan semua mencari, entah di mana! Rapat dibubarkan!" sanggah Kepala Sekolah itu dengan sewot dan ketus.

Tentu saja sambil menggebrak meja sehingga membuat peserta rapat bergeming. Kecuali salah seorang guru yang sedang hamil. Guru ini langsung angkat kaki meninggalkan ruang rapat tanpa pamit.

Aku sedang berada di ruang rapat sebuah SMA swasta. Sekolah yang bersedia menampungku setelah sekolah lama tidak beroperasi lagi karena ditutup. 

Sebagai guru baru, yang kebetulan baru saja masuk dan langsung rapat mendadak, aku ikut syok. Ibu kepala sekolah begitu meledak-ledak. Aku yang tidak tahu apa-apa, nyaliku menjadi ciut.

"Kuatkah aku mengabdi di tempat ini? Dengan sosok kepala sekolah yang aduhai ini?" batinku meronta.
Aku salah tingkah. Tidak tahu apa yang harus kulakukan. Sejenak kemudian, semua beranjak dan sibuk dengan urusan masing-masing. Padahal, belum satu pun kukenal.

Ternyata, pelan-pelan kuketahui bahwa yang hilang adalah ijazah siswa.

"Waduh, ini sistem administrasinya bagaimana? Kok bisa barang berharga dan penting begitu hilang?" pikirku berkelana.  

"Emergensi!" lirih Wakasek sambil menutup mulut dengan telunjuk sesaat setelah kepala sekolah beranjak pergi.

"Hari ini semua diminta pulang dengan catatan (1) mencari barang yang hilang, (2) menyebar brosur mencari siswa, dan (3) mengurus kepindahan!" lanjutnya.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun