Mohon tunggu...
Ninik Sirtufi Rahayu
Ninik Sirtufi Rahayu Mohon Tunggu... Penulis - Menulis sebagai refreshing dan healing agar terhindar dari lupa

Menulis dengan bahagia apa yang mampu ditulis saja

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Tak Semudah Mengatakan Cinta

12 September 2024   01:37 Diperbarui: 12 September 2024   01:47 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Selain pajanan bahasa Indonesia di sekolah yang jelas-jelas sebagai bahasa resmi dan bahasa pengantar tersebut, masyarakat pun memiliki andil tidak kecil dalam pemberdayaan bahasa Indonesia. Ambillah contoh tulisan-tulisan yang terpampang di tepi-tepi jalan. Bisa kita baca ketika kita melewati kompleks pertokoan Pasar Besar, misalnya: "Gayo Collection di jual disini", Parkir didalam", Jual Beli Spare Parts Sepeda Motor, Apotik Airlangga, Praktek Dokter Bersama, dan lain-lain. Di sekolah kepada siswa guru memberitahukan penerapan Ejaan  yang Disempurnakan, tetapi di masyarakat siswa melihat dan membaca tulisan-tulisan yang tidak mengikuti aturan tersebut.

Era globalisasi yang melanda Indonesia menyebabkan masyarakat lebih tergila-gila pada pemakaian bahasa Inggris daripada bahasa Indonesia. Sungguh merupakan cermin betapa kurang cintanya masyarakat terhadap bahasa Indonesia karena dianggap kurang bergengsi. Segala sesuatu seolah-olah lebih tinggi nilainya jika ditulis dengan bahasa asing tersebut. Oleh karena itu, tidak heran jika masyarakat lebih memilih menuliskan  Audio Car Center, Handphone Second, Central Cellular, Service, Jual Beli Spare Parts Sepeda Motor,  Sky Way, dan lain-lain. Padahal, akan lebih megah jika disebut Pusat Musik Mobil, Telepon Selular Bekas, Pusat Telepon Selular, Servis, Jual Beli Suku Cadang Sepeda Motor, dan lain-lain. Sementara, para tokoh dan pembicara di medis sosial, hingga penulis pun sering menggunakan istilah bahasa asing. Misalnya ada istilah hectic, effort, low profile, friendly, dan lain-lain yang dianggap lebih manis daripada kosa kata bahasa Indonesia.

Masyarakat dan pemerintah (dalam hal ini pemerintah daerah) tampak sekali kurang peduli terhadap keberadaan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi, bahasa nasional, dan bahasa persatuan. Sekali lagi semboyan "yang penting paham" begitu melekat erat sehingga tidak ada tindakan apa pun yang dilakukan pemerintah dalam pembenahan pemanfaatan bahasa Indonesia pada pajanan yang tertulis jelas di tepi-tepi jalan raya.

Alangkah baiknya jika pemerintah daerah ikut serta dalam pemberdayaan bahasa Indonesia yang baik dan benar sehingga konsistensi pemakaian bahasa Indonesia di sekolah dan di masyarakat pun dapat terealisasi. Tanpa kerja keras aparat pemerintahan, sosialisasi pemanfaatan bahasa Indonesia yang baik dan benar pun tidak semudah membalik telapak tangan. Tampaknya, menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi, bahasa negara, dan sekaligus bahasa persatuan tidak semudah mengatakan cinta, amboi!

Ah, apakah harapan ini terlalu muluk? Entahlah. Semoga saja bahasa Indonesia yang telah kita kuasai sejak kanak-kanak ini makin dicintai dan dinikmati secara mendunia. Amin.

*** 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun