"Ada apa, Mbak?"
"Ayolah!" ajak Eka.
Diseretnya  lengan Dianing untuk mengikuti langkah. Sesampai di rumah, dimintanya Dianing duduk di teras, Eka mengambil sesuatu dari dalam kamar.
"Bama berkabar tidak, Dik?" tanya Eka sebelum menunjukkan sesuatu.
Dianing menggeleng sambil menatap netra dengan tajam. Berharap sahabatnya itu memberitahukan sesuatu. Sejenak kemudian, kepadanya ditunjukkan dua lembar foto ukuran post card. Entahlah foto itu diperoleh dari siapa.
"Dik, ini foto Bama, 'kan? Kamu tahu enggak tentang ini? Dia sudah menikah, Dik!" seru Eka serius.
Bagai ditabrak truk tronton! Hampir saja Dianing pingsan.
"Pantas sudah lama ia tidak berkabar. Pantas! Ternyata ... karena sudah menikah?" rintih batinnya agak memberontak.
"Ya ... kalau begitu, ikhlaskan saja, Dik! Tak bisa lagi kamu berharap banyak padanya! Bama sudah milik orang lain!" tutur Eka melihat Dianing  masih mematung.
***
Waktu berjalan dengan begitu cepat. Beratus-ratus lembar kalender telah disobek dari pautan. Ia tidak pernah bertemu dengan cinta masa remajanya itu. Cinta pertama, cinta monyet yang membahagiakan sekaligus membuatnya patah hati. Ia tak pernah menemukan sosok yang dapat dijadikan teman hidup! Ia masih sendiri!