Mujur tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Karena kurang bisa menjaga diri, Santi terkena typus sehingga harus beristirahat beberapa saat. Santi harus absen dari kuliah dan tinggal di rumah beberapa saat hingga sembuh kembali. Agar orang tua yang berada di ujung Jawa Timur tidak panik, Santi tidak memberitahukan kondisinya kepada mereka. Sementara, Â dia juga berpesan agar Gagah, sang kakak ipar, merahasiakan kondisi kesehatannya. Santi tidak mau diopname, tetapi akan tinggal bed rest di rumah saja.
Saat itu, untuk mengurus Santi yang sakit, Gagah harus mencari asisten rumah tangga. Dengan demikian, Santi tidak akan mengerjakan aktivitas berat sehingga diharapkan cepat pulih kembali.
Di luar negeri, rupanya big boss Sinta jatuh hati kepadanya. Untunglah big boss masih lajang. Namun, karena Sinta sudah berkeluarga, big boss selalu berusaha mengajaknya ke luar negeri. Rupanya, ada udang di balik batu. Di tempat jauh itulah big boss menyatakan isi hati dan memanjakan Sinta bak seorang permaisuri. Hal yang menurut Sinta tidak pernah diperolehnya dari Gagah, sang suami.
Di mata Sinta, si big boss ini lebih dari segalanya. Pandai memanjakan dan menuruti segala keinginan. Sinta telah jatuh ke pelukan big boss, si pria peranakan yang lebih tampan dan mapan. Bahkan, tanpa disadarinya, berada di luar negeri beberapa lama telah menyebabkannya berubah.
Big boss telah membelikan apartemen dan segala hal yang belum pernah dimiliki Sinta. Oleh karena itu, Sinta pun enggan pulang ke Indonesia. Tiba-tiba saja Sinta jatuh sakit. Kepalanya luar biasa pusing. Diantarkannyalah oleh big boss ke rumah sakit. Tanpa disadari, ternyata tubuh Sinta mengalami perubahan besar. Makin melebar dan padat berisi. Demikian juga payudara yang kian montok, keras, dan menantang. Ternyata, ada sesuatu yang hadir di dalam rahimnya. Jika semula Sinta tidak mau hamil, kini jauh berbeda. Berubah drastis. Manja dan justru makin jelita!
"Oh, my darling! Kamu telah memberikannya padaku!" sambut big boss saat dokter menyatakan kalau kandungan Sinta sudah masuk minggu keenam.
Ya, padahal selama dua tiga bulan ini Sinta belum pulang ke tanah air. Berarti, janin yang ada di dalam rahimnya adalah murni anak sang big boss! Karena sangat bersuka cita, big boss berencana menggelar syukuran, tetapi Sinta melarang karena dia masih terikat oleh pernikahan dengan Gagah.
Maka, Sinta bertekad tidak akan pulang ke tanah air. Big boss menyetujui, tetapi tetap diminta mengurus perceraian dengan sang suami. Bagaimana kalau terjadi pertengkaran dengan suami asli? Wah, ... bahaya, 'kan?
Tanpa sepengetahuan Sinta, keesokan harinya big boss terbang pulang ke tanah air, khusus menjumpai suami Sinta di kantornya. Saat itulah, dengan meminta maaf, sang big boss mengabarkan bahwa Sinta telah mengandung janinnya. Maka, dimintalah Gagah sudi menceraikan Sinta agar sang big boss dapat segera menikahinya.
Bagai mendengar petir di siang bolong. Gagah sangat kaget dan sekaligus kecewa. Lunglai seluruh sendi yang menopang raganya. Namun, karena big boss dengan gentle mengakui dan memintanya, mau tidak mau Gagah pun harus berupaya mengikhlaskan si istri untuk menikmati kebahagiaannya sendiri. Toh, tidak mungkin membiarkan anak si istri itu tanpa status. Gagah juga merasa tidak enak hati karena istri telah ternodai. Padahal, begitu gigihnya dia menjaga amanah cinta dengan kesetiaan. Â
Saat itu tepat bersamaan dengan Santi yang juga sakit. Saat itulah Gagah merasakan betapa pedih dan hancur berkeping-keping hatinya. Secara tidak disadari, saat menunggu Santi yang lemah terbaring di ranjang, Gagah sesenggukan. Tidak diceritakan kepada Santi kalau kakak kandungnya itu telah berbadan dua, justru oleh big boss-nya sendiri. Gagah berusaha tegar, tetapi hatinya teramat terluka.