Mohon tunggu...
Ninik Sirtufi Rahayu
Ninik Sirtufi Rahayu Mohon Tunggu... Penulis - Penulis novel: Damar Derana, Tresna Kulasentana, Centini, Gelang Giok, Si Bocil Tengil, Anyelir, Cerita Cinta Cendana, Rahim buat Suamimu, dll. Buku solo 29 judul, antologi berbagai genre 171 judul.

Masih terus-menerus belajar: menulis, menulis, dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Setelah Dia Tiada

28 Agustus 2024   10:25 Diperbarui: 28 Agustus 2024   10:55 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika awal-awal dikata-katai oleh perempuan yang mengaku kekasih teman penipuku itu, aku tidak terima. Sakit sekali hati ini. Namun, seiring perjalanan waktu, aku menyadari bahwa mungkin dia cemburu sehingga tidak mampu mengontrol emosi. Akibatnya, tertulislah kata-kata sumpah serapah yang luar biasa buruk itu untukku.

Saat itu aku teringat bahwa harus mampu melakukan Matius 6:12 ini, "Ampunilah kesalahan kami seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami!" satu dari beberapa kalimat doa yang diajarkan Tuhan ini, harus mampu kuaplikasikan di dalam hidup. Nah, kapan aku dimampukan mengampuni kalau tidak ada permasalahan? Maka, aku percaya bahwa permasalahan itu ada, atas seizin dan kehendak-Nya agar aku benar-benar mampu menjadi pelaku firman-Nya. Khususnya dalam hal ini mampu mengampuni kesalahan orang lain. Seperti dalam Lukas 11:28, "Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan yang memeliharanya."

Ya, bersyukur aku dimampukan memaafkan jauh sebelum dia meminta maaf. Kami menjalin pertemanan kembali, tetapi sebagai teman yang biasa saja. Tidak seperti beberapa tahun silam dengan menampung curhatnya.

Dulu, aku sering mengirimkan pulsa kepadanya. Maksudnya agar dia tidak memiliki kendala dan bisa mengemukakan kesulitan sehingga bisa dibawa dalam doa bersama-sama. Namun, sejak tahu kalau menipu, aku tidak pernah lagi mengirimkan pulsa.

Saat itu aku pernah mengatakan kepadanya demikian, "Benar ya ... tak kenal itu tak sayang ... artinya, kalau tidak mengenal siapa diriku, orang bisa saja menyebut aku perempuan gatal!"

"Maafkanlah!" tulisnya menyertakan simbol emoticon menangis dan aku hanya membalas dengan mengirimkan simbol tersenyum.

Di antara kami tidak pernah lagi bisa menuliskan pesan dengan lancar. Ada semacam ganjalan yang membuatku malas. Malas untuk menulis. Malas juga untuk sekadar mengirimkan say hello ...

"Ah, sekali penipu tetap penipu!" pikirku.

Akan tetapi, ada bisikan di dalam hatiku, "Kapan orang akan bertobat kalau kamu tidak memberikan kesempatan kepadanya untuk bertobat?"

Lalu berseliweranlah caption, "Don't judge book by its cover!"  

"Ya, Allah jangan biarkan aku menghakimi sesamaku. Kalau aku menghakimi, lalu ... apa bedanya aku dengan dia?" desahku penuh sesal. Aku pun memohon pengampunan kiranya Tuhan berkenan membersihsucikan hatiku dari kerak dosa!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun