Mohon tunggu...
Ninik Sirtufi Rahayu
Ninik Sirtufi Rahayu Mohon Tunggu... Penulis - Penulis novel: Damar Derana, Tresna Kulasentana, Centini, Gelang Giok, Si Bocil Tengil, Anyelir, Cerita Cinta Cendana, Rahim buat Suamimu, dll. Buku solo 29 judul, antologi berbagai genre 171 judul.

Masih terus-menerus belajar: menulis, menulis, dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Tentang si Cantik

26 Agustus 2024   22:54 Diperbarui: 26 Agustus 2024   23:04 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Tentang si Cantik

Oleh: Ninik Sirtufi Rahayu

Awal bulan Mei tahun 2024 ini, kucing jantan kami yang bernama Kumoru, mengajak seekor anak betina berwarna orange ke rumah. Ketika tiba, anak kucing tersebut stres berat sehingga buang air besar di beberapa tempat, khususnya di kasur. Bagiku hal itu sudah biasa. Maklum juga. Yang namanya hewan ketakutan pasti ulahnya lumayan parah.

Tanpa bicara apa pun segera saja kubereskan sesegera mungkin. Kubenahi mana-mana yang tidak layak. Kubuka sprei, kuganti yang baru. Seprei yang terkena kotoran segera kubersihkan, selanjutnya kumasukkan mesin cuci. Beres. Kasihan juga si anak kucing masih belum mengenal sentuhan kasih sayang. Ia perlu beradaptasi juga. Terutama menaruh kepercayaan kepada kami. 

Tiga hari setelah berada di rumah, sudah mulai jinak, seekor ular hijau jatuh dari pohon rambutan. Kucing kecil yang kemudian kuberi nama Cantik ini mengejar si ular hijau. Dampak positifnya, suami tidak kesulitan menemukan si ular. Selanjutnya suami segera menjepit dan membuang ular tersebut ke area lain. Aman. Itulah salah satu tujuan kami, mengapa sejak empat tahun silam sengaja mengadopsi seekor kucing.

Kucing pertama yang kami adopsi bernama Miska karena hadir di hari Kamis akhir Desember 2020 silam. Kucing jantan ini semula baik-baik saja, tetapi akhirnya tidak pernah pulang dan cenderung berlaku seperti preman.

Ketika kukatakan padanya, "Kamu kalau tidak bisa diatur, nakal, dan tidak pernah pulang, aku akan mencari kucing putih bermata biru, loh!"

Eh, tahun kedua, ternyata si Miska ini benar-benar membawa anak dengan warna bulu dominan putih dan bermata biru. Sungguh aneh dan ajaib saja. Meskipun hanya seekor kucing, ia dipakai oleh Tuhan untuk menjawab keinginanku.

Si mata biru akhirnya kuberi nama Kumoru, kucing moto biru. Perangainya lebih soft, friendly, dan sabar. Memiliki dia sungguh menyenangkan. Namun sayang, sang bapak selalu berlaku kasar kepadanya. Mengajaknya berkelahi saja sehingga Kumoru selalu terluka.

Oleh karena itu, ketika putra tengah kami datang dari Jakarta,  berinisiatif menyingkirkan sang ayah yang berubah menjadi kucing garong. Si tukang berkelahi dan selalu ribut mempermalukan pemiliknya. Suara dan ulahnya bukan main sehingga badannya tidak pernah bersih. Luka cakar dan warna comberanlah yang dibawa ke rumah. Antara tega dan tidak, atas persetujuan keluarga, dikembalikanlah si Miska ke alam liar.

Tahun ini, ternyata si Kumoru pun membawa seekor anak. Betina orange. Padahal, beberapa saat sebelumnya mantan murid yang memiliki delapan belas ekor kucing semua orange menjanjikan akan memberi salah seekor piaraan kesayangannya. Namun, gagal dengan alasan putra mantan murid tersebut menangisi dan tidak memperbolehkan.

Ah, lagi-lagi keinginan dikabulkan Tuhan lewat kehadiran si orange yang kami beri nama Cantik ini. Kuperkirakan bulan Mei itu baru lepas susu. Masih kecil. Akan tetapi, awal bulan Juni ada seekor kucing jantan berhasil masuk ke pekarangan rumah. Ternyata, aku melihat si kecil orange dinaikinya. Maksud saya, kucing jantan itu kawin dengan si Cantik. Karena masih terlalu kecil, aku berusaha mengusirnya. Suami pun bergegas menyiramnya dengan air sehingga si jantan tentu saja berlari terbirit-birit.

Tidak pernah terpikirkan kalau pemerkosaan itu membuat si Cantik bunting. Selama ini ia selalu tidur bersamaku, sekasur denganku. Akan tetapi, aku tidak pernah menyangka kalau dia hamil.

Minggu lalu, kulihat puting susunya begitu montok. Kupikir sebagaimana seorang gadis, ia sedang mulai tumbuh payudara. Orang Jawa bilang pringkilen. Payudaranya mulai terbentuk.

Dalam hati juga sempat berbisik, "Apa si Cantik hamil? Jangan-jangan dinodai saat itu membuatnya hamil beneran? Ah, semoga tidak!"

Di samping itu, awal Juli tersesatlah seekor kucing orange lain. Dua hari berada di lingkungan rumah, tengah malam masuk kamar belakang. Saat suami terbangun tengah malam, beliau berteriak-teriak memanggilku yang berada di kamar depan bersama si Cantik.
Sehari sebelumnya, aku tahu kalau ada kucing tersesat, tetapi tidak bisa memegang karena ketakutan bersembunyi di dekat mesin cuci. Sementara, si Cantik selalu menggeram menakut-nakutinya. Nah, rupanya kelaparan sehingga malam itu masuk kamar belakang.

Karena kondisi kelaparan, si orange kecil pun bisa kutangkap. Beruntung masih ada persediaan makanan dalam sachet. Jadi, mudah sekali menangkap dan memberinya makan.

Kucing orange ini jenis peranakan antara kucing lokal dan persia. Oleh karena itu bulunya lebih lembut dan halus dengan ekor mengembang seperti kemucing. Kuberilah nama Jelita karena memang benar-benar jelita.

Kembali ke cerita si Cantik. Kucing ini sangat pandai. Kalau aku bersiul memanggil, ia pasti datang. Kalau aku sedang rebahan telentang, ia akan naik ke atas dada sambil mengeong. Seolah bertanya, "Ada apa?" Menggemaskan sekali, kan? 

Kalau aku sedang makan pun, ditungguinya. Tentu saja karena tidak tega, aku memberikan apa saja yang bisa dimakan olehnya. Misalnya, sedikit sayuran, atau secuil telur. Meskipun secara khusus suami membelikan ikan laut setiap dua hari sekali, juga khusus makanan kucing sachetan. 

 Tiba-tiba Jumat tanggal 23 Agustus 2024 kemarin pukul 10.15 WIB ia melahirkan. Kaget banget! Apalagi bagi kami ini pengalaman perdana juga. Anak kucing itu berbulu hitam dan hanya seekor.

Sayang sekali si anak kucing hitam itu hanya berumur 50 jam saja. Rupanya, karena masih belum cukup umur, susu si Cantik tidak keluar. Minggu, 25 Agustus 2024 pukul 13.30 ia kembali ke pangkuan Allah.

Setelah kami kuburkan tanpa sepengetahuan si induk, kelihatan sekali ia sangat kebingungan. Ia mencari-cari anaknya sambil mengeong-ngeong. Kami merasa sangat iba, bahkan menangis juga. Berempati terhadap kepedihan si induk yang kehilangan buah hatinya.

Sampai saat kutulis kisahnya ini, aku masih setia menemani dan menghiburnya. Sementara, suami menemani si Jelita di ruang depan. Khusus untuk si Cantik, meskipun tidak bisa berkata-kata, kami yakin ia memiliki perasaan. Kepedihan itu tetap terpancar dari sorot matanya yang nanar kebingungan. Kasihan sekali. Semoga Allah memberikan penghiburan agar segera melupakan kesedihan hatinya, amin.    

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun