Setelah kami kuburkan tanpa sepengetahuan si induk, kelihatan sekali ia sangat kebingungan. Ia mencari-cari anaknya sambil mengeong-ngeong. Kami merasa sangat iba, bahkan menangis juga. Berempati terhadap kepedihan si induk yang kehilangan buah hatinya.
Sampai saat kutulis kisahnya ini, aku masih setia menemani dan menghiburnya. Sementara, suami menemani si Jelita di ruang depan. Khusus untuk si Cantik, meskipun tidak bisa berkata-kata, kami yakin ia memiliki perasaan. Kepedihan itu tetap terpancar dari sorot matanya yang nanar kebingungan. Kasihan sekali. Semoga Allah memberikan penghiburan agar segera melupakan kesedihan hatinya, amin. Â Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H