***
Aku merenung sendiri. Semalam aku susah tidur sehingga memuji memuliakan-Nya dengan bersenandung. Beruntung sekali kiri kanan, muka belakang rumah, kami tak mempunyai tetangga. Depan rumah arah seberang adalah rumah kosong, ada satu rumah jauh di belakangnya juga, sih. Kanan sebuah sungai lumayan besar dan lancar, belakang rumah lahan kosong, sedangkan kiri adalah lahan parkir gereja yang tentu saja selalu sepi kecuali Minggu pagi. Jadi, mau berteriak sekencang apa pun, tidak akan mengganggu siapa pun. Asyik, bukan? Ahaha ....
Ketika kita senantiasa mendekatkan diri kepada-Nya, Allah berkenan mengenyahkan bahaya dan malapetaka. Seandainya tangan kuasa-Nya tidak menolongku, bisa saja kakiku tergores atau bahkan tertusuk kaca segitiga yang sangat runcing dan tajam itu, 'kan? Â
Nah, pelajaran apa yang kuperoleh dari kaca segitiga ini? Banyak! Satu di antaranya, harus berhati-hati saat membuang barang yang kemungkinan besar bisa mengenai, melukai, atau menyakiti orang lain. Harus dipikirkan agar tidak sembarangan membuang sampah, terutama yang bisa membahayakan keselamatan sesama. Â Sebagai wujud mengasihi sesama, kita harus dan wajib memperhitungkan dan mempertimbangkan banyak hal jika hendak melakukan sesuatu, khususnya yang berkaitan dengan keselamatan jiwa. Â
Soli deo gloria
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H