Mohon tunggu...
Ninik Sirtufi Rahayu
Ninik Sirtufi Rahayu Mohon Tunggu... Penulis - mengisi usia senja dan bercanda dengan kata

Menulis sesuka hati, senyampang ada waktu, dan sebisanya saja

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Salah Duga

22 Agustus 2024   05:55 Diperbarui: 22 Agustus 2024   07:07 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Salah Duga
Ninik Sirtufi Rahayu

Saat itu aku sudah menjadi guru, bahkan masih ada kesempatan untuk mengajar di sore hari sebagai dosen honorer salah satu perguruan tinggi swasta. Jadi, pagi bekerja sebagai guru PNS dpk. (diperbantukan) pada sekolah swasta pukul 06.30 hingga 12.45, sementara sore bisa mengabdikan diri sebagai dosen honorer masuk pukul 15.00 hingga 19.00 di dalam maupun luar kota. 

Di dalam kota berarti di kampus pusat, sedang di luar kota merupakan filial, kelas jarak jauh. Oleh karena itu, jika mendapatkan jadwal luar kota dengan jarak sekitar 25 -- 50 kilometer bahkan lebih, aku harus bersegera pulang ke rumah untuk makan siang, mandi, dan berangkat kembali. 

Rasanya waktu begitu cepat berlalu dan aku pun selalu terburu-buru. Istilahnya bagai dikejar anjing liar ... aha ha ha ...
Jadwal luar kota memang tidak selalu setiap hari, tetapi seminggu sekitar tiga empat kali. Sementara, bila tidak ada jadwal luar kota, aku pun menyempatkan diri memberikan les privat baik secara privat individual, maupun secara kelompok di salah satu asrama yang dikelola seorang teman. 

Jadi, dapat dipastikan sore hari selalu ada aktivitas sepulang mengajar di sekolah. Kalau sedang tidak ada jadwal sore, tentu saja aku menjadi guru privat bagi ketiga jagoanku di rumah.

Jika di sekolah pagi aku mengajar mata pelajaran Bahasa Indonesia tingkat sekolah lanjutan atas. Namun,  ketika memberikan les privat aku melayani mata pelajaran tersebut untuk tingkat sekolah dasar dan sekolah lanjutan pertama.

Kadang juga melayani siswa sekolah dasar yang memerlukan belajar bahasa daerah, khususnya mata pelajaran Bahasa Jawa. Kita ketahui bahwa banyak putra-putri etnis Tionghoa yang bersekolah di sekolah swasta dan sangat membutuhkan privat materi bahasa daerah tersebut.

Hal itu karena di rumah mereka masing-masing, anggota keluarga tidak menggunakannya sebagai bahasa ibu. Jelas, mereka blank dan mengandalkan guru les privat. Apalagi, tidak banyak juga guru les bahasa daerah karena di sekolah formal saja minim tenaga pengajar bahasa daerah. Nah, inilah dia kelebihanku sehingga aku bisa menjual pengetahuan dan keterampilanku berbahasa Jawa sebagai materi les privat.

Aku memang berasal dari desa yang masih menggunakan bahasa daerah sebagai alat komunikasi sesehari. Menulis huruf Jawa yang dikenal sebagai aksara Jawa pun jarang yang menguasai. Ya, tidak semua suku Jawa menguasainya karena tergolong tulisan hampir punah. Nah, aku sangat menyukai dan piawai menuliskannya.  Inilah modalku sehingga materiku laris manis.

Sementara itu, di perguruan tinggi swasta, aku diberi kesempatan mengampu mata kuliah Ilmu Budaya Dasar, Sastra 1 dan 2 bagi mahasiswa jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, juga mata kuliah Bahasa Indonesia Profesi untuk mahasiswa jurusan umum. Artinya, bukan dari jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia. 

Kebayang, 'kan bagaimana sibuknya aku menata materi yang akan kusajikan? Sungguh bersyukur kepada Tuhan Sang Mahakasih yang menganugerahkan kesehatan, kesempatan, dan kemampuan sehingga semua boleh aku jalani dengan sukacita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun