"Kamu tidak perlu takut. Kami justru hendak melindungi dan membantumu, Nak!" hibur lembut guru BK yang sangat disegani ini.
Lani pun dihadirkan masuk ke ruangan BK. Sebelum diminta duduk, kepada keempat gadis yang tergolong dan dianggap 'nakal' serta 'bermasalah' tersebut, ditanyakan nama gadis yang mereka bully.
"Kalian tahu nama gadis ini siapa?" tanya lantang Pak Hamid.
Beberapa di antara mereka menjawab, "Lani."
"Nah, mengapa kalian sebut dengan nama yang lain? Kalau misalnya kalian kuganti nama Cikrak, Gareng, Comberan, Bakiak, mau?"
Serempak keempat gadis itu menggeleng.
"Nah, mengapa kalian bukan hanya mengganti nama, melainkan tega mengolok, menghina, mengejek, dan melepaskan kebencian dengan begitu rupa? Mengapa? Kalian manusia baik-baik, kan? Beradab, kan? Dididik dengan baik oleh kedua orang tua dan keluarga besar kalian yang kaya raya dan terhormat itu, kan?" lanjut Pak Hamid.
"Silakan duduk, Melani!" perintah Bu Rini dengan halus sambil menawarkan kursi di dekatnya.
"Sekarang saya tanya ke Melani, apakah kamu terima disebut dengan nama lain, Lani?"
Lani menggeleng sambil berujar, "Tidak terima, Bu!"
"Nah, kalian dengar baik-baik itu! Kalian masih bisa menghargai dan menghormati manusia lain, kan? Wahai, para gadis yang mengaku cantik?"