Bab 10
Geng Cewek
Di ruang BK
"Menurut kalian, apakah melecehkan, mengejek, menghina, atau lebih tepatnya mem-bully teman itu membahagiakan?" Bu Rini bertanya kepada keempat gadis yang membentuk geng.
Mendengar pertanyaan lantang dari dalam ruangan, Melani berdiri  mematung di depan pintu dengan raga bergetar. Tubuhnya lemas, kaki pun seolah tidak mau diajak melangkah. Tangannya terasa berkeringat dan dingin sekali.
"Ayo, jawab! Bukankah kalian tadi tertawa sinis saat melecehkan seorang temanmu? Mengapa di sini diam membisu?" seru Pak Hamid geram.
"Oo, ternyata kalian beraninya hanya dengan sesama teman, ya? Teman yang bisa kalian hardik, dan mungkin sekali ... bisa saja kalian palak dan target semaunya?" sindir Bu Rini.
"Mana nih ketua gengnya! Ngaku!" lanjut Pak Hamid.
Keempat gadis tersebut masih membisu. Menunduk sambil mempermainkan jemari tangan atau tisu.
"Kalau  boleh saya katakan jujur, meskipun kalian ini para gadis cantik dari kalangan keluarga berada, adab kalian sangat memalukan dan sekaligus memilukan. Mempermalukan institusi dan keluarga kalian sendiri, tentunya!"
Menunggu Lani yang dipanggil belum tiba di ruang BK, sekali lagi Pak Hamid memanggil lewat media intercom antarruang. Namun, dijawab oleh guru di kelas bahwa yang bersangkutan sudah dari beberapa menit lalu menuju ke ruang BK. Menyadari kemungkinan tidak berani masuk, Pak Hamid pun keluar dari ruangan.
Melihat Melani bersandar di dinding depan ruang, Pak Hamid segera menghampiri dan memegang tangannya.