Mencari Jalan Keluar
Dua tiga hari kemudian, Bagus mencoba menghubungi Lani melalui gawainya. Ia sengaja meminta nomor gawai Melani dari Klana. Sementara, karena Klana sudah menganggap Bagus sebagai kakak angkat dan malah sudah membantu keluarga mereka dalam hal membantu permasalahan Lani, ia pun memberikan nomor adik keduanya itu.
"Halo, Dik. Apa kabar? Nanti pulang sekolah Kakak jemput, ya. Kakak sudah bilang sama Bunda kalau mau mengajakmu ke suatu tempat. Barangkali Adik menyukai tempat itu!"
Tepat jam istirahat pertama, Lani pergi ke toilet wanita agar bisa membuka gawai dan langsung menjawab singkat, "Baik, Kak. Lani tunggu di pos security gerbang depan, ya. Enggak enak kalau Lani berada di tepi jalanan, kan? Baiknya Kakak langsung mencari di situ."
"Siap, Nona cantik!" jawab Bagus.
"Tumben, Kak Bagus kirim pesan. Wuaahhh ... surprise betul! Dari mana ia dapat nomorku, ya? Padahal tidak banyak yang tahu, kecuali keluarga dekat!" batin Lani agak kebingungan.
Tetiba, masuk pulalah geng jail ke area toilet. Mereka adalah grup yang terkenal sering melecehkan dan mem-bully teman yang tidak disukai, termasuk Lani.
"Hai, 'Damon'! Ngapain kau senyam-senyum, ha? Mau kencan dengan gebetan, ya? Udah kangen dimainin tuh, si gunung anakan?" tanya salah seorang haters yang kebetulan lewat di sampingnya.
Lani hanya mendengkus sambil membuang muka berpura-pura tidak mendengar. Lani hendak keluar area setelah mencoba membersihkan wajah di dekat westafel ruangan itu.
Tahu aktivitasnya diacuhkan, si haters memanggil seorang rekan lain dan berbisik-bisik. Rupanya mereka berinisiatif hendak  mempermalukan Lani di hadapan teman-teman lain.
Jam istirahat pertama tinggal sekitar delapan menit. Lani hendak menerobos keempat gadis itu. Namun, salah seorang menghalangi langkahnya.