"Dik! Siapa sih yang menciptakan raga kita? Tuhan, kan? Pastinya, Tuhan sangat bijak dan memikirkan masa depan kita secara sempurna. Lalu, mengapa Adik mendengarkan suara sumbang manusia yang pada hakikatnya melecehkan hasil karya Tuhan itu? Biarkanlah mereka menghina sang pencipta karena sebenarnya menghina ciptaan itu adalah menghina penciptanya. Jadi, biarkanlah saja mereka ngomong apa. Adukan saja kepada Tuhan apa saja yang membuatkan sedih, sakit hati, dan kecewa. Biarkanlah Tuhan yang mengambil alih  masalahmu, Dik. Sementara, bersyukur sajalah karena Tuhan yang sangat baik dan bijak itu telah menganugerahi Adik dengan kesehatan, terutama kesehatan mental, Dik! Anggap saja mereka tidak waras. Kita yang sehat dan lebih waras mengalah saja. Senyumi saja! Nanti Tuhan yang akan menuntut balas, kok! Bagaimana?"
"Gitu, ya, Kak? Se-simple itu?"
"Ya, iyalah! Menghadapi phisical bullying memang hanya seperti itu. Senyumi saja, tetapi perbaikilah potensi dan kualitas diri di bidang yang lain agar mereka kaget kalau ternyata kamu lebih hebat dari yang disangka dan dipikirkan negatif itu!"
"Oh, jadi ... Lani harus memperbaiki diri di bidang yang lain, gitu?"
"Iya, kalahkanlah mereka dengan cara elegan! Isi dan habiskan waktumu untuk memperbaiki dan mempelajari hal lain guna menyeimbangkan antara kekurangan yang disebut-sebut oleh kawan-kawanmu itu dengan kelebihan yang lain. Buatlah mereka terhenyak dan terkagum-kagum melihat kelebihanmu di bidang lain! Jangan izinkan mereka cuma melihat kekuranganmu di satu sisi saja tanpa melihat sisi lainnya!"
"Ohhh ... mengalahkan dengan cara elegan itu ...,"
"Iya, dengan menunjukkan kebolehan dan kelebihan di bidang lain yang tidak pernah mereka pikirkan sebelumnya!" potong Bagus cepat sehingga Lani yang masih berpikir pun terhenyak.
"Menepis fitnah dengan potensi berprestasi, ya, Kak?"
"Benar sekali, Dik. Apa pun yang dikatakan, ataupun difitnahkan jangan pernah ditanggapi. Adik jalan terus saja, tinggalkan mereka jauh di belakang, sementara Adik  mencari peluang untuk makin maju dengan melihat dan mencari-cari hal yang bisa Adik pelajari dan tingkatkan, tanpa berbicara, tanpa bercerita dengan siapa pun! Kerja, kerja, dan kerja. Raih mimpi dengan lecut hinaan mereka. Hinaan ataupun bullying jadikan pemacu dan pemicu ke arah kemajuanmu sendiri!" lanjut Bagus.
"Ya, Kak. Berarti Lani harus berpikir keras, hal apa yang bisa Lani lakukan dalam rangka mengalahkan mereka. Begitu, kan?"
"Ya, benar. Adik harus membungkam mereka dengan prestasi yang tidak pernah mereka duga sebelumnya. Buatlah mereka kagum padamu!"