"Baik, Kak. Terima kasih atas pencerahannya. Terima kasih banyak!" netra Lani mulai berbinar-binar tanda bahagia tiba.
"Sama-sama, Dik. Kalaupun Kakak punya misi, pastilah tujuan Kakak demi kebaikan dan kebahagiaan Kakak. Kalau Adik berhasil, Kakak pun ikut berhasil. Jika Adik bahagia, demikian juga Kakak akan ikut bahagia!"
"Siap, Kak. Akan Lani renung dan pikirkan apa yang akan Lani perdalam dalam rangka membungkam para pembully itu. Doakan Lani, ya Kak! Lani juga berjanji akan selalu mendoakan Kakak walaupun mungkin ke depannya Lani akan selalu merecoki dan merepotkan Kakak!"
"Siap, jangan pernah bilang begitu. Kita sama-sama saling support, Dik. Take and give juga karena itulah tujuan Allah menciptakan manusia di dunia ini. Jika semua insan demikian, pasti damai sejahtera surga kita rasakan pula!"
"Amin, Kak. Boleh Lani izin tidur sekarang?"
"Nah, iya, Kakak juga mau pamit. Satu jam Kakak sudah berlangsung dengan baik bersama Adik, kan?"
"Selamat malam, Kak. Selamat beristirahat. Nice dream!" ucap Lani sambil beranjak meninggalkan ruang tamu bareng Bagus yang hendak pulang ke kamar indekos di paviliun sebelah.
Sesampai di teras samping menuju paviliun, sang bunda dan si sulung mencegat Bagus.
"Bagaimana, Nak? Apakah es kutubnya sudah mencair?" lirihnya.
Sulung tersenyum mendengarnya, "Eh, Kakak ternyata bisa menjadi pawang hujan juga, ya ... hihihi," gurau Klana mencandai Bagus.
"Hehehe ...," sambut Bagus terkekeh mendengar bunda dan sulung.
"Iya, Bunda. Sudah sedikit terbuka. Aman, Bun. Bagus siap memegang rahasia si cantik. Bunda dan Klana tenang saja. Semua pasti akan baik-baik saja!" ujarnya sesantai mungkin.