"Gitu, ya Kak!"
"Iya, Dik. Saat di sekolah menyimak penjelasan guru, di rumah materi dipelajari ulang, kalau tidak tahu bisa ditanyakan kepada siapa yang dianggap lebih tahu. Itulah kunci sukses. Jadi, kunci sukses itu berawal dari kemauan diri sendiri. Bukankah asal ada kemauan di situ ada jalan? Nah, motivasinya berupa motivasi intrinsik, yakni yang berasal dari diri sendiri. Niat untuk maju, bukan karena paksaan orang lain, siapa pun itu, Dik!"
"Iya, Kak. Terima kasih banyak telah sangat baik dengan Lani," ujar lani sambil mengatupkan dua telapak tangan di depan dada.
Setelah terima kasih dan pamit, lani bergegas menuju kamar pribadinya.
"Hmmm, tak tahukah kau Kak Bagus? Lani sangat bangga dan senang berada di dekatmu. Apalagi kauajari ilmu yang cukup rumit!" batinnya dengan senyum mengembang. Â
Di dalam kamar, Lani pun bersenandung pertanda hatinya begitu berbunga-bunga. Hal apakah yang bisa menyenangkan hati sang dara kalau bukan karena hati pemuda idaman berada di genggaman? Namun, Lani masih belum tahu tanggapan Bagus terhadapnya.Â
Apakah relasi yang mereka jalin selama ini hanya sekadar pertemanan, atau lebih dari itu. Lani tak dapat memprediksi. Satu hal yang ia tahu dan sadar betul adalah bahwa pemuda itu selalu berada di dalam hatinya. Senyum dan raut wajahnya selalu terpeta di dalam ingatan dan menghuni hatinya tanpa digeser oleh siapa pun.
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H