Mohon tunggu...
Ninik Sirtufi Rahayu
Ninik Sirtufi Rahayu Mohon Tunggu... Penulis - Penulis novel: Damar Derana, Tresna Kulasentana, Centini, Gelang Giok, Si Bocil Tengil, Anyelir, Cerita Cinta Cendana, Rahim buat Suamimu, dll. Buku solo 29 judul, antologi berbagai genre 171 judul.

Masih terus-menerus belajar: menulis, menulis, dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Be a Single Parent

12 Agustus 2024   09:05 Diperbarui: 12 Agustus 2024   09:49 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Be a Single Parent
Oleh: Ninik Sirtufi Rahayu

Centini adalah gadis lugu, pendiam, dan taat. Sejak kedua orang tua merantau ke negeri jiran, bahkan hingga wafat di tanah rantau, Centini ikut budenya. Karena kondisinya, dia tidak bisa menolak saat orang tua Damar melamarnya.  

Awalnya Centini yang tidak mengenal Damar sangat takut dan ragu, akankah Damar memperlakukannya dengan baik? Mengingat keduanya beda kasta. Centini hanya gadis desa biasa, sementara Damar adalah pemuda idola gadis sedesa dari keluarga berada. Sementara hati Centini mulai terpikat oleh pesona pria biasa yang sering dijumpainya di pasar. Prastowo. Ya, pedagang ayam potong dengan penampilan sederhana itu telah merebut hatinya secara diam-diam. Namun, tentu saja, Centini tak pernah menyatakannya.

"Mengapa Damar, Bude?" keluhnya saat sang Bude menyampaikan lamaran itu.

"Orang tuanya telah terpikat oleh penampilan dan kesederhanaanmu!" tutur Bude.

Centini hanya diam, menurut saja karena pikirnya apa yang dipilihkan orang tua adalah terbaik untuknya.
 Pernikahan pasangan Damar dan Centini digelar dengan pesta meriah. Pada hari itu menjadi hari patah hati nasional bagi seluruh gadis yang menginginkan Damar menjadi suami.

"Mengapa harus Centini, si gadis udik itu? Apa kurangnya aku?" begitulah isi benak mereka yang merasa lebih pantas bersanding dengan Damar si pemuda tampan dan mapan itu.

Pengantin begitu bahagia hingga kehamilan Centini enam bulan. Damar memperlakukan Centini dengan sangat baik. Damar merasakan bahwa Centini yang biasa-biasa saja mampu melayaninya dengan sepenuh jiwa. Namun, saat kehamilan si istri masuk bulan keenam, Damar memperoleh tugas di luar kota selama tiga bulan hingga tidak bisa menunggui saat Sasmita, si sulung lahir. Dia baru pulang dua minggu sesudahnya.

"Maafkan Ayah, ya Bun ... bila tidak bisa menjadi suami siaga. Bukan maksud Ayah meninggalkan Bunda, melainkan karena tugas negara!" pamitnya kepada si istri.

"Iya, nggak apa-apa. Ayah hati-hati, ya, di sana!" pesan Centini lembut sambil mengecup punggung tangan suaminya.

Pada hari istimewa itu, ditunggui kedua mertua dan bude yang menyayanginya, Centini melahirkan bayi tampan menggemaskan: Sasmita. Sayang, sang ayah tidak melihatnya secara langsung. Dua minggu kemudian barulah Damar bisa pulang ke rumah karena tugasnya sudah tuntas.  

Sejak menikah dengan Centini, nafsu berseraga Damar sangat luar biasa. Seleranya dalam berhubungan suami istri begitu tinggi. Saat sulung Sasmita berusia enam bulan, diketahui Centini hamil lagi sekitar tiga bulanan. 

"Bayi pitu meteng telu," kata orang Jawa.

Damar begitu bangga karena dalam waktu dekat akan diperoleh seorang anak lagi. Itu tandanya berkat yang luar biasa dari-Nya karena diketahui ada banyak pasangan yang berusaha mendapatkan momongan dengan susah payah. Disambutnyalah janin di dalam kandungan sang istri dengan penuh sukacita.

Namun, ada selumbar yang diam-diam menggerogoti dan besar kemungkinan bakal mengganggu kulasentananya. Sebagai seseorang berselera hiper, Damar tidak bisa jauh dari istri. Jatah yang dibutuhkan tak bisa diperoleh bila mengalami Long Distance Relationship. Ini yang tidak disadari Damar saat meninggalkan istri untuk mengampu tugas negara.

 Tiga bulan berada di luar kota, Damar jatuh cinta dan melampiaskan hasrat berseraga dengan dara jelita puspa kota megapolitan. Tak disadari kedekatan dan hubungan terlarang dengan sang kekasih hingga si gadis belia berbadan dua. Aktivitas ini pun kurang diantisipasi oleh Damar. Entah mengapa dia tidak berpikir panjang dampak yang bakal menimpa kulasentananya. Kesenangan semata yang ada di kepalanya. Bahkan, merasa bangga karena bisa menyalurkan hasrat bercinta. Gratis pula! Karena pikirnya bukankah si gadis kota itu pun dengan mudahnya menyerahkan jiwa raga padanya? Jadi, tidak salah dong kalau dia menyambut cinta tersebut!

Ketika Damar meninggalkan untuk kembali ke kota asal,  Damar sama sekali tidak mengetahui kondisi si gadis belia yang malang. Dengan sejuta nestapa, si gadis terpaksa menanggung malu seorang diri. Tanpa berkabar secuil pun dari Damar membuatnya bertekad melakukan sesuatu. Ya, demi mempertimbangkan status anak di dalam kandungannya, dalam kondisi hamil Kiara, si gadis ternoda, mencari Damar untuk meminta pertanggungjawaban.

Tepat saat keluarga kecil Damar berbahagia dalam acara selamatan tedhak siten, si sulung Sasmita, datanglah Kiara bersama ibundanya. Kondisi Kiara hamil dan siap melahirkan. Begitu sampai di rumah Damar, Kiara mengalami pendarahan dan tiga jam kemudian melahirkan bayi perempuan jelita yang diberi nama Dara, perpaduan Damar dan Kiara.

Tak dipungkiri bahwa Damar sangat mencintai Kiara. Di dalam hati Damar mengakui bahwa Kiara lebih muda, gesit, cantik, dan pandai memuaskan hasrat ragawinya. Bila Centini hanya berpasrah diri tanpa inisiatif, berbeda jauh dengan Kiara. Wanita kota ini pandai mematut diri, memiliki sejuta cara untuk membuatnya jatuh hati. Penuh inisiatif, aktif, dan kreatif dalam membangunkan cinta sehingga benar-benar membuat Damar tak berkutik di hadapannya.

Kedatangan Kiara yang melahirkan di depan netra pun menyita perhatian Damar. Melihat langsung proses lahiran itu membuat cinta Damar semakin kuat. Dengan mudahnya Damar melupakan Centini dan putra sulungnya. Maka, Centini yang terabaikan membawa Sasmita meninggalkan rumah Damar menuju rumah Budenya. Padahal, kondisi Centini pun sedang berbadan dua pula.

"Be strong enough to let go and wise enough to wait for what you deserve! Untung aku pernah membaca quotes ini!" senandika Centini sambil mengemasi barang-barangnya. 

Ya, jadilah cukup kuat untuk melepaskan dan cukup bijaksana untuk menunggu apa yang pantas kamu dapatkan! Lebih baik pergi daripada hidup semakin kacau bersama suami yang berkhianat! Pikirnya bulat.

Centini berupaya dengan keras menghidupi diri, padahal dalam kondisi hamil empat bulanan. Damar tidak mencari apalagi mengunjunginya. Kulasentana mereka benar-benar pecah berkeping-keping diterjang tsunami yang datang tiba-tiba. Centini pergi membawa si sulung dan janin dengan status tidak jelas. Bahkan, saat melahirkan putra kedua pun, Centini mengalami sendiri tanpa kehadiran suami. Damar  benar-benar melupakan dan mencampakkannya.

Karena sudah menganggap Kiara mampu mandiri mengurus si orok, sang ibu pulang kembali ke kota. Tinggallah Kiara bersama keluarga Damar. Kiara telah sah sebagai istri siri Damar sejak Dara dilahirkan. Kiara memang menuntut Damar menikahi tanpa memandang apakah dia sudah beristri.

Saat Dara berusia setahun, Kiara membawa pamit pulang ke kotanya. Namun, di sinilah Kiara mulai melancarkan aksi. Dia membuang dan mengganti nomor gawai dengan nomor baru sehingga tidak bisa dihubungi Damar.

Sepeninggal Kiara, kesehatan ayah dan ibu Damar semakin menurun. Mereka sakit hingga tak lama kemudian keduanya meninggal. Saat itulah Damar baru tahu, Kiara telah menguras dan membawa pergi seluruh harta serta barang berharga lain hingga mengakibatkan jatuh miskin.

Teringatlah Damar akan Centini. Teringatlah akan dosa masa lalunya. Maka, Damar pun bergegas menuju rumah Bude Centini dengan motor butut pinjaman. Saat tiba di rumah Centini dan melihat dua balita tampan, Damar menangis. Namun, Centini merengkuh kedua putra lelaki itu dan mengabaikan mantan suami begitu rupa.

Damar pun melihat sesosok pria berdiri di samping Centini. Ia sadar dan tahu diri. Karma telah tiba menerpa, bahkan menerjang hidupnya hingga terpental jauh dari kedua pangeran kecil yang sedang lucu-lucunya! Ingin memeluk kedua balita yang di nadinya mengalir darah sama dengan dirinya itu. Namun, tak mampu diraihnya!

Damar pergi membawa hati terburai, remuk redam! Ditatapnya kedua pangeran kecil itu dari jauh sambil tergugu. Diselipkanlah sebait doa, semoga kedua buah hati tumbuh sehat, ceria, dan menjadi pria bijaksana. Tidak seperti dirinya yang diakui bodoh dan tidak mensyukuri peran sebagai seorang ayah yang bertanggung jawab.

Saat  Damar pergi, Centini memperoleh rezeki dari Tuhan, berupa hibah warisan dari almarhum dan almarhumah kedua orang tuanya. Jumlah yang fantastis. Bahkan, Prastowo pria yang pernah singgah di hati itu, sedang berada di sampingnya. Centini beserta keluarga kecilnya bersujud syukur atas nikmat karunia-Nya. Kini Centini tidak lagi kebingungan memikirkan dana pendidikan dan masa depan si buah hati, kedua pangeran si Sasmita dan Sasando.

The end

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun