Setelah dirunding, pilihan jatuh dengan naik travel saja. Selain lebih hemat, sopir pasti sangat berpengalaman. Paginya sesampai di Surabaya sekitar pukul 06.00 masih bisa transit di home stay terdekat agar bisa paling tidak mandi sehingga segar saat presentasi.
Benar saja.Â
Pagi itu mereka diantar sebagai penumpang pertama sehingga masih cukup waktu untuk bebersih diri. Setelah siap, mereka memesan taksi online dan sebelum pukul 08.00 sudah sampai di kantor gubernur.
Banyak sekali tamu undangan sehingga mereka bertiga, terutama Suyud, sangat antusias dan tampak senang sekali.
"Presentasi pertama dan kedua, sesuai daftar hadir adalah Bapak Nugroho dari Glenmore Banyuwangi dan Bapak Dewan Darmawan dari Prigi, Watulimo, Trenggalek. Kepada kedua beliau waktu dan tempat diserahkan," panggil pembawa acara dengan pelantang.
Setelah kedua orang dipanggil menuju tempat berpresentasi, keduanya sangat terkejut. Mereka langsung berpelukan secara otomatis sehingga membuat hadirin tercengang.
"Ya, Allah ... Bapak!" seru Nu begitu melihat sosok yang hadir di podium itu. Nu langsung menubruk dan memeluknya erat-erat.
"Putraku?" seru De One dengan suara gemetar. Tak pelak keduanya pun bertangisan di depan seratusan tamu undangan istimewa itu.
"Sebentar ... sebentar, apakah ada sesuatu di antara kedua Bapak ini? Mengapa Anda berdua bertangisan?" tanya petugas.
De One tidak bisa menjawab. Demikian juga Nu. Mereka berdua masih sesenggukan. Ayusti dan Suyud segera ikut maju melihat apa yang terjadi.
"Ya, Allah ... juragan sepuh!" seru Suyud menyalami De One.
"Ya, Tuhan! Bapak!" seru Ayusti segera menyalami dan mencium punggung tangan sang mertua.
"Ini ... ada apa?" tanya pembawa acara heran dan tidak sabaran.
Ayusti mengambil alih mic yang disodorkan kepada suami dan bapak mertuanya, tetapi mereka tidak sanggup berkata-kata.