"Iya, Mas Suyud. Jadi, maksudnya itu supaya Njenengan selalu gembira. Intinya itu. Dokter juga menyarankan agar pasien tidak berkeluh kesah, justru semangatnya harus membara!" imbuh Ayusti.
"Di sini senang, di sana senang, di mana-mana hatiku senang!" seru Nu sambil bertepuk tangan gembira.
"Iya, ini lagi. Hati yang gembira adalah obat. Seperti obat hati yang senang. Tapi semangat yang patah, keringkan tulang. Hati yang gembira, Tuhan senang!" tambah Ayusti menyanyikan lagu itu.
"Iya, iya ... bener juga!" sambut Suyud.
"Nah, ini ada lagi yang mirip itu," kata Nu, "Hidup ini adalah kesempatan. Hidup ini untuk melayani Tuhan, jangan sia-siakan hidup yang Tuhan beri," lanjutnya.
"Bener ... bener banget!" sambut Suyud.
Perjalanan dari Glenmore ke Surabaya memerlukan waktu tempuh sekitar enam jam. Â Melewati beberapa kota seperti Krikilan, Kalibaru, Garaha, Sempolan, Mayang, Pakusari, Jember, Rambipuji, Tanggul, Jatiroto, Lumajang, Klakah, Ranuyoso, Leces, Probolinggo, Nguling, Pasuruan, Bangil, Gempol, Sidoarjo, Surabaya. Sementara, kondisi jalan di daerah Klakah dan Ranuyoso dengan jalan sempit dan lalu lalang truck pasir sangat membuat terasa lebih sempit. Tentu saja itu akan menjadikannya macet atau lambat merayap.
Karena pertemuan di kantor gubernur itu dimulai pukul 08.00 mereka berangkat pukul 24.00 sehingga ada kesempatan tidur sebelum berangkat. Â Sebenarnya, mereka ingin berhemat dengan mengendarai travel saja. Kalau naik travel per orang hanya sekitar seratus lima puluh ribu sudah memperoleh jatah sekali makan. Juga tidak perlu berpikir tentang membeli bensin, uang untuk tip sopir, dan lain-lain.
Setelah dirunding, pilihan jatuh dengan naik travel saja. Selain lebih hemat, sopir pasti sangat berpengalaman. Paginya sesampai di Surabaya sekitar pukul 06.00
To be continued, please send me support
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H