Malam kedua itu mereka bermalam di sebuah home stay. Rumah tinggal sederhana. Una dan Uni sudah diberi tahu agar ke mana pun dan di mana pun tetap menjaga diri.
"Ingat: Jamu jati artinya jaga mulut dan jaga hati. Â Di mana bumi dipijak di situ langit dijunjung. Mereka harus menjunjung adat istiadat dan budaya setempat. Tidak banyak berbicara, tetapi cukup memperhatikan yang orang lain perbuat!"
Kepada Una dan Uni Adi juga menasihatkan perihal pura dan budaya di Bali. Indonesia yang memiliki banyak pulau dengan latar belakang budaya dan bahasa beragam, juga panorama sangat indah memesona netra. Keindahan alam tersebut ada yang hadir secara alami, atau sengaja diciptakan manusia. Â
Semua itu menjadi asset luar biasa untuk menggaet wisatawan baik dari dalam maupun luar negeri. Sebagai generasi muda, Una dan Uni harus tahu kekayaan budaya di mana dia berada agar jika ditanya oleh wisatawan bisa menjawabnya dengan baik. Mereka berdua harus bisa menjadi guide bagi para wisatawan yang akan datang. Karena itu, harus tahu semuanya. Harus mencari tahu segala ilmu, baik secara teoretis melalui pendidikan sekolah, maupun dari luar sekolah, termasuk dari lingkungan sekitar.
Pesona wisata yang paling mendunia adalah Bali. Pulau Bali yang terkenal dengan sebutan Pulau Dewata ini memiliki berbagai keindahan alam yang eksotis. Terutama untuk bangunan. Bangunan di pulau ini memiliki ciri khas tersendiri yang berbeda dengan bangunan lainnya.
Desain rumah tradisional di Bali ditata secara unik, tidak hanya terdiri atas satu atap, tetapi  ada beberapa bangunan di dalam satu kompleks rumah keluarga. Kompleks bangunan tersebut terdiri sanggah atau merajan, bale daje atau bale gede, bale dangin, bale dauh, pintu masuk, halaman rumah, paon atau dapur, dan lumbung. Sanggah pamerajan adalah bagian dari rumah yang memiliki fungsi vital keagamaan. Sanggah artinya tempat suci, sementara pamerajan dari kata praja artinya keluarga. Jadi, sanggah pamerajan yang disebut sanggah saja berarti tempat suci bagi keluarga. Â
Sanggah atau merajan merupakan area suci yang berfungsi sebagai tempat pemujaan untuk para leluhur yang telah meninggal. Sanggah atau merajan ini umumnya dibangun di bagian timur laut dan menghadap ke Gunung Agung.
R. Goris (2012) menyatakan bahwa pembangunan tempat pemujaan di setiap keluarga menunjukkan berbakti pada Tuhan dan leluhur. Hal itu dilakukan untuk menguatkan dan memberdayakan hidup agar manusia dalam hidup ini menjadi lebih baik dan lebih berguna. Jadi, rumah di Bali didirikan bukan hanya untuk melakukan kebutuhan hidup seperti berkumpul atau berteduh saja, melainkan juga untuk melaksanakan kepentingan psikologis. Misalnya seperti untuk melaksanakan kegiatan keagamaan dan adat, baik secara individual maupun kelompok.
Oleh karena itu, Una dan Uni wanti-wanti dipesan harus berhati-hati. Tidak diperkenankan mendekati secara sembarangan tempat pemujaan tersebut agar tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Memang secara faktual keluarga Una dan Uni tidak seiman dengan masyarakat di Bali, tetapi tetap diminta menjunjung asas Bhineka Tunggal Ika.
"Nak, yang Papa minta ... jangan sembarangan berucap dan bertindak. Selalulah bilang permisi walaupun di dalam hati sebab di setiap tempat pasti ada penghuninya, meski itu makhluk tak kasat mata. Katakan di dalam hatimu bahwa kamu tidak ada niat jahat kepada apa pun atau siapa pun dan mintalah Tuhan selalu membimbing ucapan dan tindakanmu. Harus selalu!"
"Baik, Pa," jawab kedua bocah hampir bersamaan.
"Oh, iya. Mama juga punya petuah penting buat kalian, Nak!"
"Apa itu, Ma?" Tanya Uni spontan.
"Budayakan mengonsumsi es tomat. Kalau buat Papa tomat penting menjaga kesehatan prostat, tetapi buat anak-anak beda lagi!"
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI